29 Mei 2019

Sepotong Pengalaman Membuat SIM A (Mobil) Part 2

Perjalanan ke TKP (Polres Bandung)
Rabu tanggal 22 Mei 2019 diingatan saya adalah hari test ulang SIM A, dalam doa saya semoga hari ini saya bisa membawa kartu SIM A yang sah tanpa jalur belakang atau nembak. 
Saya biasa mempersiapkan diri untuk datang ke Polres Bandung lebih pagi, karena prinsip saya lebih baik menunggu daripada kesiangan. Tepat pukul 07.00 saya berangkat dari rumah, dan sampai di Polres pukul 07.35. Pada saat itu situasi jalan raya tidak begitu padat sehingga perjalanan tidak memakan banyak waktu.
Sesampainya di Polres Bandung, saya menyiapkan map abu yang bersisi persyaratan untuk membuat SIM beserta e-KTP. Tidak lama kemudian saya menuju pintu masuk pembuatan SIM dan petugas sudah siap menyambut kedatangan saya. Saya diminta untuk menunjukan map abu beserta e-KTP setelah itu saya diperbolehkan masuk dengan dikasi cap pada tangan saya (sebagai identitas pemohon SIM).

Momen menunggu giliran
Sesampainya di lokasi, terlihat belum banyaknya hiruk-pikuk orang yang akan membuat SIM baik di ruangan registrasi, ujian teori, maupun ujian praktek. Setelah kurang lebih 30 menit saya menunggu di kursi yang telah disediakan untuk ujian praktek akhirnya baru nampak beberapa orang yang juga akan ditest pada ujian praktek (mayoritas pemohon SIM C) dan hanya ada tiga orang pemohon SIM A. Setelah selang waktu beberapa menit kemudian, petugas datang untuk memberikan arahan sekaligus siap untuk mengawasi ujian praktek mobil dan motor. Semua berkas yang disimpan di dalam map dikumpulkan dan diberikan ke petugas. Pada saat itu saya mengumpulkan berkas di urutan paling terakhir yakni urutan ke tiga.


Momen test tanjakan
Petugas yang mendampingi untuk test praktik SIM A adalah Pak Tedy. Saya menilai beliau orangnya sangat strike dan harus sempurna, sehingga sangat susah untuk lolos ujian praktik SIM A ini. Singkat cerita orang pertama yang ditest ini dinyatakan gagal di tanjakan. Saya melihat dari kejauhan penyebab gagalnya yaitu saat stop and go di tanjakan mobil meraung dan seketika mundur. 
Kemudian untuk orang ke dua yang ditest juga dinyatakan gagal, karena saat ditest parkir seri menyentuh patok yang disimpan di sudut-sudut belakang hingga terjatuh.
Nah kemudian tibalah giliran saya untuk ditest. Pada saat itu karena ada kesibukan dari petugasnya, pengujian test mobil sempat ditunda sekitar 10 menit, dan menurut saya itu sangat beruntung sekali karena saya bisa menyiapkan mental dan juga ancang-ancang saat nantinya ditest di tanjakan. 10 menit berlalu akhirnya petugas datang, tetapi dengan orang yang berbeda. Pak Tedy yang semula bertugas untuk mendampingi test SIM A menjadi bagian admin, sehingga digantikan oleh Pak Aris. Alhamdulillah saya bersyukur setidaknya rasa tegang saya sedikit berkurang, karena Pak Aris terlihat murah senyum :D.
Setelah nama saya dipanggil, saya memasuki mobil gran max (mobil test SIM A), dan saya bergegas mempersiapkan posisi duduk yang senyaman mungkin.
Tiba di tanjakan, Pak Aris bilang berhenti dan silahkan maju kembali dengan mesin mobil tidak meraung, dan tidak mundur. Kondisi tanjakannya cukup terjal, sehingga saya menggunakan hand-brake untuk menahan mobil agar tidak mundur. Kemudian untuk dapat melaju kembali saya buka perlahan-lahan sekali kopling (yang ada di kaki kiri) hingga terasa mobil bergetar akan maju, setelah itu saya gas tipis hingga dalam. Ketika terasa mobil akan maju maka kemudian hand-brake dilepaskan secara perlahan. Ketika hand-brake dilepaskan secara perlahan saya merasa mobil masih mundur sedikit, mungkin kalau saat itu Pak Tedy yang menjadi pendamping saya untuk test maka akan tidak diluluskan, tetapi saya sangat merasa beruntung Pak Aris pada saat itu sangat baik sekali bisa meluluskan saya pada tahap tanjakan itu. Pak Aris juga bilang sebetulnya pada saat stop and go di tanjakan tersebut masih kurang sempurna, tapi beliau dengan baik hati memakluminya dan sempat bilang "jangan bilang-bilang ke yang lain ya bahwa saya meluluskannya" hehe dengan sigap saya berkata "siap pak, terimakasih banyaakk". Akhirnya saya dinyatakan lulus dan berkas saya ditandatangani oleh beliau.

Momen pembayaran 
Setelah dinyatakan lulus, diharuskan memberikan map tersebut ke bagian admin (pada saat itu Pak Tedy menjadi admin) kemudian setelah dicek, makan diwajibkan membayar Rp.120.000 di loket bank BRI yang lokasinya satu ruangan dengan ruang percetakan SIM. Setelah bayar dan menunggu kurang lebih 15 menit, akhirnya terbit SIM A atas nama Mushthofa Kamal.

My SIM A

Bangga sekali perasaan saya ketika mendapatkan SIM A ini dengan jerih payah yang terbilang cukup lama yaitu lima bulan lamanya saya menanti kehadiran SIM A.

Pelajaran yang didapatkan
Meskipun gagal beberapa kali (dari bulan Januari) saya tetap gigih berjuang untuk mendapatkan SIM A dengan cara halal alias tidak menembak, karena bagi saya adalah merupakan suatu kebanggan tersendiri ketika melalui jalur halal.
Kegagalan itu diciptakan agar kita senantiasa bisa belajar atau berlatih lebih banyak. Terbukti dengan adanya kegagalan itu saya bisa mengetahui seluk beluk mobil, masalah parkir, tanjakan, teknik stop and go yang baik, dan lain sebagainya melalui latihan-latihan yang dilakukan.
Jangan lupa berdoa dan juga bersedekah kepada orang yang membutuhkannya. Nah barangkali kesulitan yang kita hadapi itu bisa dihilangkan atau dipermudah dengan kita banyak berdoa dan juga bersedekah. Man Jadda wa Jadda.

Lanjut ke Part 3 (Tips Lolos Membuat SIM A Tanpa Ikut Kurus Mengemudi dan Tanpa Nembak Berdasarkan Pengalaman Pribadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda :

Anugrah terindah

Sabtu, 3 Juni 2023 adalah hari di mana yang tidak pernah terlupakan, karena anugrah itu datang, putra pertama kami lahir.  Semoga menjadi an...