9 Okt 2018

Pengalaman Membuat SKCK di Polres Bandung, Soreang

Tepat pada tanggal 9 Oktober 2018, saya membuat SKCK di Polres Bandung, Soreang Kabupaten Bandung. Jika belum tahu letak lokasi Polres Bandung silahkan klik Link ini  .

Sebelum menuju Polres, saya menyiapkan syarat-syarat yang diperlukan,  yakni berupa:

1. Foto Copy KTP sebanyak 2 lembar
2. Foto Copy KK sebanyak 1 lembar
3. Foto Copy Akta sebanyak 1 lembar
4. Pas Foto 4x6 cm berlatar belakang merah sebanyak 4 Lembar
5. Map biru (tidak ada warna khusus)

Setelah menyiapkan berkas-berkas tersebut, saya berangkat dari rumah di Dayeuhkolot tepat pukul 07.00 dan sesampai di Polres pukul 07.45. Melihat kondisi Polres yang masih dalam persiapan, akhirnya pukul 08.00 saya diperbolehkan masuk untuk mengurus SKCK. Saat memasuki pintu utama Polres Bandung kita dimintai KTP di pos penjagaan untuk menggantinya dengan kartu Tamu berwarna kuning yang digantung di leher.
Selanjutnya saya menuju Gedung Pelayanan SKCK yang berada di sebelah kiri, jaraknya sekitar 50 meter dari pos penjagaan.
Sesampainya di gedung pelayanan SKCK saya menanyakan kepada petugas reception untuk membuat SKCK bagaimana alurnya, dan saya juga memperlihatkan berkas berkas persyaratan ke petugas tersebut. Setelah dicek, berkas-berkas saya sudah kumplit, lalu petugas menanyakan kembali apakah sudah daftar online ? saya jawab belum, lalu petugas reception mengarahkan saya untuk membuka IG @skckonline_polresbandung, dan mengisi data di link yang sudah tertera di IG tersebut, yakni www.delivery.skckpolresbandung.com, yang mengarahkan langsung ke Google Form.
Setelah mengisi data di Google Form tersebut, saya kembali memberitahu ke reception bahwa saya sudah mengisinya, setelah itu mereka mengecek berkas-berkasnya, dan memberikan form Sidik Jari untuk diisi datanya.



Setelah mengisi data form sidik jari, form sidik jari dikumpulkan ke Loket 1 dengan disertai FC KTP 1 lembar.


Selanjutnya, saya disuruh menunggu untuk selanjutnya pada proses perekaman sidik jari yang berada di luar sebelah ruangan. Proses perekaman sidik jari dilakukan pada semua 10 jari kita, di tangan kanan dan di tangan kiri.

Setelah itu, kita kembali menunggu, karena hasil dari perekaman sidik jari dikembalikan lagi ke petugas loket satu.




Kemudian saya menunggu untuk kembali dipanggil di loket satu, selang 20 menit saya dipanggil oleh petugas di loket satu kemudian harus membayar administrasi pembuatan sebesar Rp 10.000. Lalu dari situ kita mendapat nomor antrian untuk meuju loket dua. Tidak lama sekitar 30 menit, nomor antrian saya dipanggil untuk menuju loket dua, dan di sana saya menyerahkan semua berkas-berkas persyaratan yang dikumpulkan dalam satu map serta saya diharuskan membayar Rp 30.000 untuk pembuatan surat SKCKnya.




Setelah itu saya diarahkan untuk menunggu penerbitan surat SKCKnya di luar.


Kurang lebih selama 1 jam, akhirnya nama saya dipanggil dan diberikan SKCKnya oleh petugas. Petugas menyarankan agar SKCK tersebut dilegalisir di tempat foto copy yang letaknya berada di luar kantor Polres, tepatnya di sebrang ATM BRI. Biaya melegalisir Rp 5.000 untuk 10 lembarnya.

Alhamdulillah kurang lebih jam 10.30 saya bisa kembali menuju ke rumah dengan membawa SKCK Polres yang terbaru.

*Note:
1. Diawali dengan bismillah, disudahi dengan alhamdulillah
2. Bawalah air minum, makanan ringan, headset, atau buku, karena akan sering kita menunggu
3. Bawalah uang pas agar mempercepat proses pembayaran
4. Jangan lupa untuk datang lebih awal , lebih baik menunggu daripada kesiangan
5. Jangan sungkan untuk menanya jika ada hal-hal yang dirasa kurang dimengerti kepada petugas, karena sejauh ini pelayanan yang diberikan oleh petugas sudah sangat baik dan ramah. 

Kurang lebih seperti itu yang bisa saya share infonya, semoga bermanfaat. Apabila ada info yang kurang jelas, jangan sungkan untuk meninggalkan komentar.

Terimasih sudah membaca di Blog ini :)

17 Jun 2018

Hkimah Lebaran 2018 #2

Setelah sholat Jum'at saya dan ayah saya mengunjungi  rumah saudara yang masih ada hubungan darah dengan kakek saya (ayah saya menyebutnya paman). Singkat cerita saya mengunjungi rumah saudara "O" yang berlokasi di Cikawao, yang bisa dikatakan kondisi rumahnya sangat memprihatinkan, mungkin kira-kira luas rumahnya hanya sepetak 3x4 meter. Saya memanggilnya bapak "O" ini adalah hampir seumuran dengan ayah saya karena jatuhnya seperti teman sepupu. Saat saya dan ayah saya berkunjung, saya disambut dengan jabatan tangan dan langsung memasuki rumah itu. Sempat kaget dan terharu juga dengan kondisi rumahnya yang menurut saya sangat tidak layak. Saya duduk ngampar di ruang utama yang beralaskan karpet tipis dengan pemandangan yang tidak sedap. Ada tumpukan sepatu yang baunya berseliweran, suguhan makanan yang terbuka dan sesekali kucing peliharaannya mengendus-ngendus makanan tersebut, dan yang paling parahnya adalah anak tikus yang masih kecil berkeliweran di tempat kami duduk !.
Tentu saja saat di awal kami belum terbiasa dengan kondisi itu, tetapi lama-kelamaan kami mulai membiasakan diri dengan kondisi itu yang mana harus beradaptasi dengan bau-bau yang tak sedap, dan juga waspada dengan binatang itu saat mengobrol. Pekerjaan utama beliau dulunya adalah sebagai tukang koran, namun karena peminat koran yang semakin sedikit akhirnya beliau menambah usaha sampingan menjadi Driver Grab Bike, sehingga dari sana lah beliau bisa menafkahi keluarganya. Sangat wajar apablia kondisi rumah seperti itu, karena memang kondisi ekonomi yang bisa dibilang pas-pasan yang hanya cukup untuk bertahan hidup sehari-hari. sehingga tidak ada anggaran untuk memperbaiki rumahnya

Dalam hati saya yang paling dalam, saya sangat bersyukur dengan rumah yang saya tinggali saat ini, meskipun saya terkadang melupakan rasa syukur itu. Seperti selalu mengeluh karena rumah yang susah diakses, jauh dari kota, rumah yang selalu berisik karena berdepanan dengan bengkel motor dsb. Tetapi setelah melihat saudara saya O ini, saya merasa amat sangat malu karena kodisi rumah saya yang saat ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan O ini, dan seketika saya bersukur ya Allah, bisa mempunyai rumah yang bisa dikategorikan 'layak huni'.


Hikmah Lebaran 2018 #1

Lebaran Idul Fitri 1439 H tahun 2018 ini banyak hal yang luar biasa yang saya dapatkan dari banyaknya mengunjungi sanak saudara dan juga sahabat saya.
Kali ini saya ingin menceritakan kunjungan ke teman saya. Saya bersilaturahim ke 2 teman saya, R dan F (inisial)

Teman saya R ini, adalah teman yang satu perjuangan ketika S1 dulu, meskipun padahal saya sempat satu sekolah SMA, tapi anehnya justru akrab pada saat saya menempuh S1. Orangnya sangat sederhana dan apa adanya, tetapi saya merasakan kehidupan dia sangat prihatin sekali (keterbatasan ekonomi). Dari sejak SMA saya memperhatikan kehidupan dia yang sangat luwes yang meskipun agama dia non-islam, dia mudah bergaul dengan siapa saja. Uniknya pada saat bulan Ramadhan beberapa kali dia juga ikut berpuasa dan ikut bukber ! Saat bertemu kemarin dia sempat menceritakan bahwa dirinya ikut bukber 3x dengan teman-temannya. 

Setelah lulus S1, dia melanjutkan menjadi guru honorer di salah satu sekolah dasar negeri di Kota Bandung. Dia selalu bercerita kehidupan yang serba pas-pasan menjadi seorang guru honorer, dengan tugas sekolah yang menumpuk, karena tidak hanya menjadi wali kelas, dia juga terkadang merangkap sebagai operator dan pantia sauatu acara di sekolahnya, kadang dia suka mengeluh dengan keadaanya, namun saya menyikapi dan membalas dengan sesuatu yang positif agar dia bisa merasakan kehadiran teman itu harus membawa energi positif. Saya menanggapinya dengan balasan "lebih baik capek punya kerja yang diupah kecil, dari pada capek menunggu pekerjaan di rumah alias pengangguran" saya selalu tekankan itu ke si R ini, dan  selalu bersyukur atas apa yang dipunyai. Alhasil dia sekarang menambah uang penghasilannya melalui bisnis ikan cupang, aquascape, dan juga menjadi driver Grab. Yang saya lihat dari sosok teman saya R ini adalah dia tidak pernah menyalahkan keadaan, sepait apapun itu, sesusah apapun itu, dia selalu berusaha untuk berbuat baik dan suka menolong. Saya sangat mendapatkan pelajaran berharga dari beliau. Bahwa kehidupan itu tidak selamanya lurus (flat), tetapi akan berputar pada waktunya. 

Selanjutnya saya akan menceritakan teman saya yang berinisial F. 
F ini adalah teman saya yang juga satu SMA, yang awalnya saya tidak mengenalinya. Singkat cerita dia diterima di universitas dan jurusan yang sama dengan saya. Awalnya saya tidak mengira bahwa si F ini sama seperti teman-teman lainnya, namun setelah waktu yang lama akhirnya saya mengetahui bahwa teman saya si F ini benar-benar dalam keadaan yang 'tidak baik-baik saja'.
Mungkin karena beda pergaulan dengan saya, F ini bergaul dengan teman-teman yang satu tipe dengannya, yakni menyukai hal-hal yang tidak berfaedah (nangkring di kosan, gamers, anime, dan sering melihat hal-hal yang tidak pantas untuk di lihat atau disebutnya zinah mata). 
Dosen saya pernah mengatakan bahwa hal-hal yang tidak berfaedah seperti itu layaknya Narkoba yang membuat ketagihan dan merusak sistem saraf otak. 
Singkat cerita setelah saya berfikir ternyata benar apa yang dikatakan dosen saya itu, sejak S1 sampai sekarang (kira-kira) 6 tahun lama-nya, teman saya F ini tidak ada perubahan atau kemajuan dari mulai cara berbicara yang tidak terkontrol, perilaku yang tidak dewasa, cara berfikir yang tidak luas, hingga hidup yang tanpa motivasi. Ada yang berkata bahwa peran orang tua itu sangat penting untuk membentuk karakter anak, dan saya melihat kondisi F ini dimanjakan oleh kedua orangtua nya sehingga akan menjadi suatu bumerang bagi anaknya. Si F ini saya melihat sangat dimanjakan dengan fasilitas yang diberikan oleh orangtuanya sehingga tidak ada tuntutan bagi dia untuk berusaha mengejar apa yang dicita-citakannya. Peran orangtua F dalam mengontrolpun sangat lemah sehingga terjebak dalam zona nyaman. Selama kurang lebih 6 tahun bersama, saya menyayangkan karena F ini sadar akan kondisi dirinya yang sudah dalam kategori 'tidak baik-baik saja'. Karena kenapa saya menyebut demikian ? Di umur yang sudah mencapai 23 tahun, F ini tidak mempunyai keahlian khusus, masih suka menghayal, perilaku dan kepribadiannya tidak ada perbahan, tidak punya tujuan hidup yang jelas, hingga akhirnya dia menganggur (sudah 2 tahun sejak dia lulus S1). 

Untuk F ini, sebagai teman, saya hanya bisa mendoakan, karena sejujurnya saya sudah berusaha untuk menyadarkan dia (sejak S1 dulu sampai sekarang) namun tetap tidak ada perubahan.
Untuk R ini, saya sebagai teman juga hanya bisa mendoakan untuk bisa memeluk agama Islam, agar kelak tidak termasuk orang-orang yang merugi (di akhirat).



Inilah hikmah Lebaran tahun 2018 yang saya dapatkan dari 2 kasus teman saya. Saya juga banyak intropeksi diri karena di dalam diri saya banyak kekurangan-kekurangan yang harus segera diperbaiki. Juga sebenarnya saya mempunyai aib-aib besar, hanya Allah saja yang bisa menyembunyikan itu. Semoga Idul Fitri 1439 H ini, bisa kembali ke jalan yang benar, fokus, dan diridhai Allah. Aamiin.

11 Mei 2018

Andai Aku Telah Dewasa









Andai aku telah dewasa ini sebenarnya bait pertama di sebuah lagu nya Sherina, lagu di mana masih saya dengarkan ketika rindu orangtua, entah kenapa lagu ini selalu tepat di hati ketika suasana hati sedang kurang baik.

Lalu sebagai refleksi di umur saya yang sudah mencapai 23 tahun lama nya, sesaat terlintas 'pikiran' apa saja yang sudah saya perbuat untuk bisa membanggakan beliau (ibu). 
'Malu' rasanya saya belum bisa berbuat apa-apa yang bisa membanggakan beliau, banyak hutang budi yang belum terbalaskan, dan banyak juga kasih sayang yang belum diberikan untuk-nya.

Ketika di dalam lagu itu dinyanyikan sepenggal lirik 'Andai usiaku berubah... kubalas cintamu bunda' ternyata diriku sampai usia 23 tahun ini masih belum bisa membalas semua kebaikan-nya.
Mungkin saat ini hanya doa saja yang bisa kuberikan di setiap sholat agar selalu diberikan kesehatan, kekuatan dalam menjalani aktivitas sehari-harinya, dan juga kebahagiaan. 

Maafkan anakmu ini yang belum bisa memberikan apapun yang engkau inginkan, dan bahkan seringnya mengecewakan.

' Dalam setiap waktu, ku tahu kau berharap. Dalam doamu ku tahu kau berjaga ' dari sepenggal lirik ini, teringat bahwa kedua orangtua ku selalu bangun malam untuk meminta kemudahan bagi anak-anaknya, tak henti-hentinya dan tidak pernah lelah , sampai-sampai beliau tidak bisa lagi berdiri dalam sholatnya (karena tidak kuat lagi menahan beban tubuhnya) tetapi ia tetap bangun malam, duduk dan berdoa.

Terimakasih Ayah dan Ibu yang telah membesarkanku sampai aku dewasa.
Maaf sampai saat ini masih di tahap 'persiapan'

27 Apr 2018

Belajar Dari Hal Kecil

Jujur saya merasa malu dan menyesal sekali saat ibu-ibu menceritakan bahwa ingin membentuk anaknya yang ingin hafidz al-quran sejak masih kecil. Beragam aktivitas, kegiatan, dan lomba ia sertakan untuk anaknya agar bisa menambah pengalaman, pengetahuan, dan juga tentunya membahagiaan orangtua. Anaknya bernama Adit, ia menyukai Muzammil ( Qori terkenal se-ITB dan Indonesia ) 

26 Apr 2018

Sudah Berbuat Apa Selama Ini ?



Detik, Menit, Jam, Hari, Tahun pun berlalu, hingga akhirnya diriku dimakan oleh waktu, seakan-akan waktulah yang menjawab segalanya. Padahal sebenarnya setiap usaha, setiap doa-doa, dan setiap kegiatan adalah yang bisa menjawab seperti apa kita kedepanya. Bukan kah kita semua diberikan waktu yang sama yakni dalam 1 menitnya adalah 60 detik, setiap 1 jam nya adalah 60 menit, dan setiap 1 harinya 24 jam?. Lantas bagaimana jawaban masa depan kita bisa berbeda-beda padahal waktu yang diberikan pada setiap manusia itu sama ? ternyata jawabannya adalah terletak pada bagaimana kita bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Lantas setelah pertanyaan tersebut terjawab, munculah pertanyaan selanjutnya yakni sudah berbuat apa kita selama ini ? selama kita diberikan umur hidup di dunia ini ? Apakah sudah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya atau justru sebaliknya ?  

Anugrah terindah

Sabtu, 3 Juni 2023 adalah hari di mana yang tidak pernah terlupakan, karena anugrah itu datang, putra pertama kami lahir.  Semoga menjadi an...