17 Jun 2018

Hkimah Lebaran 2018 #2

Setelah sholat Jum'at saya dan ayah saya mengunjungi  rumah saudara yang masih ada hubungan darah dengan kakek saya (ayah saya menyebutnya paman). Singkat cerita saya mengunjungi rumah saudara "O" yang berlokasi di Cikawao, yang bisa dikatakan kondisi rumahnya sangat memprihatinkan, mungkin kira-kira luas rumahnya hanya sepetak 3x4 meter. Saya memanggilnya bapak "O" ini adalah hampir seumuran dengan ayah saya karena jatuhnya seperti teman sepupu. Saat saya dan ayah saya berkunjung, saya disambut dengan jabatan tangan dan langsung memasuki rumah itu. Sempat kaget dan terharu juga dengan kondisi rumahnya yang menurut saya sangat tidak layak. Saya duduk ngampar di ruang utama yang beralaskan karpet tipis dengan pemandangan yang tidak sedap. Ada tumpukan sepatu yang baunya berseliweran, suguhan makanan yang terbuka dan sesekali kucing peliharaannya mengendus-ngendus makanan tersebut, dan yang paling parahnya adalah anak tikus yang masih kecil berkeliweran di tempat kami duduk !.
Tentu saja saat di awal kami belum terbiasa dengan kondisi itu, tetapi lama-kelamaan kami mulai membiasakan diri dengan kondisi itu yang mana harus beradaptasi dengan bau-bau yang tak sedap, dan juga waspada dengan binatang itu saat mengobrol. Pekerjaan utama beliau dulunya adalah sebagai tukang koran, namun karena peminat koran yang semakin sedikit akhirnya beliau menambah usaha sampingan menjadi Driver Grab Bike, sehingga dari sana lah beliau bisa menafkahi keluarganya. Sangat wajar apablia kondisi rumah seperti itu, karena memang kondisi ekonomi yang bisa dibilang pas-pasan yang hanya cukup untuk bertahan hidup sehari-hari. sehingga tidak ada anggaran untuk memperbaiki rumahnya

Dalam hati saya yang paling dalam, saya sangat bersyukur dengan rumah yang saya tinggali saat ini, meskipun saya terkadang melupakan rasa syukur itu. Seperti selalu mengeluh karena rumah yang susah diakses, jauh dari kota, rumah yang selalu berisik karena berdepanan dengan bengkel motor dsb. Tetapi setelah melihat saudara saya O ini, saya merasa amat sangat malu karena kodisi rumah saya yang saat ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan O ini, dan seketika saya bersukur ya Allah, bisa mempunyai rumah yang bisa dikategorikan 'layak huni'.


Hikmah Lebaran 2018 #1

Lebaran Idul Fitri 1439 H tahun 2018 ini banyak hal yang luar biasa yang saya dapatkan dari banyaknya mengunjungi sanak saudara dan juga sahabat saya.
Kali ini saya ingin menceritakan kunjungan ke teman saya. Saya bersilaturahim ke 2 teman saya, R dan F (inisial)

Teman saya R ini, adalah teman yang satu perjuangan ketika S1 dulu, meskipun padahal saya sempat satu sekolah SMA, tapi anehnya justru akrab pada saat saya menempuh S1. Orangnya sangat sederhana dan apa adanya, tetapi saya merasakan kehidupan dia sangat prihatin sekali (keterbatasan ekonomi). Dari sejak SMA saya memperhatikan kehidupan dia yang sangat luwes yang meskipun agama dia non-islam, dia mudah bergaul dengan siapa saja. Uniknya pada saat bulan Ramadhan beberapa kali dia juga ikut berpuasa dan ikut bukber ! Saat bertemu kemarin dia sempat menceritakan bahwa dirinya ikut bukber 3x dengan teman-temannya. 

Setelah lulus S1, dia melanjutkan menjadi guru honorer di salah satu sekolah dasar negeri di Kota Bandung. Dia selalu bercerita kehidupan yang serba pas-pasan menjadi seorang guru honorer, dengan tugas sekolah yang menumpuk, karena tidak hanya menjadi wali kelas, dia juga terkadang merangkap sebagai operator dan pantia sauatu acara di sekolahnya, kadang dia suka mengeluh dengan keadaanya, namun saya menyikapi dan membalas dengan sesuatu yang positif agar dia bisa merasakan kehadiran teman itu harus membawa energi positif. Saya menanggapinya dengan balasan "lebih baik capek punya kerja yang diupah kecil, dari pada capek menunggu pekerjaan di rumah alias pengangguran" saya selalu tekankan itu ke si R ini, dan  selalu bersyukur atas apa yang dipunyai. Alhasil dia sekarang menambah uang penghasilannya melalui bisnis ikan cupang, aquascape, dan juga menjadi driver Grab. Yang saya lihat dari sosok teman saya R ini adalah dia tidak pernah menyalahkan keadaan, sepait apapun itu, sesusah apapun itu, dia selalu berusaha untuk berbuat baik dan suka menolong. Saya sangat mendapatkan pelajaran berharga dari beliau. Bahwa kehidupan itu tidak selamanya lurus (flat), tetapi akan berputar pada waktunya. 

Selanjutnya saya akan menceritakan teman saya yang berinisial F. 
F ini adalah teman saya yang juga satu SMA, yang awalnya saya tidak mengenalinya. Singkat cerita dia diterima di universitas dan jurusan yang sama dengan saya. Awalnya saya tidak mengira bahwa si F ini sama seperti teman-teman lainnya, namun setelah waktu yang lama akhirnya saya mengetahui bahwa teman saya si F ini benar-benar dalam keadaan yang 'tidak baik-baik saja'.
Mungkin karena beda pergaulan dengan saya, F ini bergaul dengan teman-teman yang satu tipe dengannya, yakni menyukai hal-hal yang tidak berfaedah (nangkring di kosan, gamers, anime, dan sering melihat hal-hal yang tidak pantas untuk di lihat atau disebutnya zinah mata). 
Dosen saya pernah mengatakan bahwa hal-hal yang tidak berfaedah seperti itu layaknya Narkoba yang membuat ketagihan dan merusak sistem saraf otak. 
Singkat cerita setelah saya berfikir ternyata benar apa yang dikatakan dosen saya itu, sejak S1 sampai sekarang (kira-kira) 6 tahun lama-nya, teman saya F ini tidak ada perubahan atau kemajuan dari mulai cara berbicara yang tidak terkontrol, perilaku yang tidak dewasa, cara berfikir yang tidak luas, hingga hidup yang tanpa motivasi. Ada yang berkata bahwa peran orang tua itu sangat penting untuk membentuk karakter anak, dan saya melihat kondisi F ini dimanjakan oleh kedua orangtua nya sehingga akan menjadi suatu bumerang bagi anaknya. Si F ini saya melihat sangat dimanjakan dengan fasilitas yang diberikan oleh orangtuanya sehingga tidak ada tuntutan bagi dia untuk berusaha mengejar apa yang dicita-citakannya. Peran orangtua F dalam mengontrolpun sangat lemah sehingga terjebak dalam zona nyaman. Selama kurang lebih 6 tahun bersama, saya menyayangkan karena F ini sadar akan kondisi dirinya yang sudah dalam kategori 'tidak baik-baik saja'. Karena kenapa saya menyebut demikian ? Di umur yang sudah mencapai 23 tahun, F ini tidak mempunyai keahlian khusus, masih suka menghayal, perilaku dan kepribadiannya tidak ada perbahan, tidak punya tujuan hidup yang jelas, hingga akhirnya dia menganggur (sudah 2 tahun sejak dia lulus S1). 

Untuk F ini, sebagai teman, saya hanya bisa mendoakan, karena sejujurnya saya sudah berusaha untuk menyadarkan dia (sejak S1 dulu sampai sekarang) namun tetap tidak ada perubahan.
Untuk R ini, saya sebagai teman juga hanya bisa mendoakan untuk bisa memeluk agama Islam, agar kelak tidak termasuk orang-orang yang merugi (di akhirat).



Inilah hikmah Lebaran tahun 2018 yang saya dapatkan dari 2 kasus teman saya. Saya juga banyak intropeksi diri karena di dalam diri saya banyak kekurangan-kekurangan yang harus segera diperbaiki. Juga sebenarnya saya mempunyai aib-aib besar, hanya Allah saja yang bisa menyembunyikan itu. Semoga Idul Fitri 1439 H ini, bisa kembali ke jalan yang benar, fokus, dan diridhai Allah. Aamiin.

Anugrah terindah

Sabtu, 3 Juni 2023 adalah hari di mana yang tidak pernah terlupakan, karena anugrah itu datang, putra pertama kami lahir.  Semoga menjadi an...