23 Des 2019

Pengalaman Naik Kereta Api dari Stasiun Jember ke Stasiun Bandung



Adanya tanggal merah 24 & 25 di bulan Desember merupakan kesempatan bagi saya untuk meminta izin pulang ke Bandung. Saya memutuskan pulang ke Bandung karena ingin bertemu dengan keluarga dan sohib-sohib, mengingat domisili saya sekarang pindah ke Jember jadi momen libur ini saya manfaatkan dengan baik. Persiapan saya mulai H-30 dari tanggal keberangkatan, karena saya mengantisipasi habisnya tiket kereta mengingat tanggal tersebut merupakan high season, sehingga tiket kereta yang murah akan cepat habis. Saya memutuskan untuk naik kereta api karena menurut saya dengan perjalanan jauh akan terasa lebih nyaman daripada menggunakan mobil atau bus. Rencana saya akan pergi menuju bandung pada hari Jumat, tanggal 20 Desember 2019 dan sesampainya di Bandung pada hari Sabtu pagi, tanggal 21 Desember 2019. Ohya untuk kereta api dari Jember menuju Bandung tidak ada yang langsung atau direct, melainkan harus transit di Surabaya. 

Dari Stasiun Jember (JR) saya menggunakan kereta api Sri Tanjung tujuan ke Surabaya (Stasiun Surabaya Gubeng / SGU) dengan jadwal keberangkatan 09:13 WIB dan sampai tujuan pukul 13:05 WIB, artinya total lama perjalanan 3 jam 52 menit. Kereta api Sri Tanjung ini merupakan kelas ekonomi, duduknya saling berhadapan dan biaya tiketnya sebesar Rp 88.000. Saya dapat kursi di EKO-3 / 22D, sangat disayangkan karena posisi di kursi tersebut menjadi mundur ketika kita melihat pemandangan, tapi tidak masalah karena di Kereta meskipun posisi duduk menjadi mundur tidak membuat kita mual.

Sesampainya di Stasiun Surabaya Gubeng pada pukul 13:05, saya harus transit dan pindah ke Stasiun Surabaya Pasar Turi (SBI), karena saya memilih kereta Harina untuk melanjutkan perjalanan ke Bandung. Jadwal kereta Harina tepat pada pukul 16.50 sehingga ada waktu luang sekitar 3 jam. Saya memanfaatkan waktu luang tersebut untuk sholat dan makan siang di restoran SS Surabaya. Ohya jarak Stasiun Surabaya Gubeng ke Stasiun Surabaya Pasar Turi adalah kurang lebih hampir 5km dan estimasi waktunya sekitar 20 menit (Surabaya cukup Macet). Untuk mobilisasi menuju stasiun Surabaya Pasar Turi dari Stasiun Surabaya Gubeng saya menggunakan transportasi online.

Saya memutuskan untuk datang ke Stasiun Surabaya Pasar Turi (SBI) 50 menit lebih awal dari waktu keberangkatan yakni pukul 16.50. Stasiun ini merupakan kali pertama saya berkunjung dan saya merasakan stasiun ini masih sangat baru kondisinya dan beberapa ada yang masih direnovasi, hal itu terlihat dari ada beberapa proyek yang masih dikerjakan. Saat memasuki ruang tunggu untuk naik kereta Harina menurut saya cukup nyaman, ruangannya dilengkapi AC dan kursinya cukup banyak dan empuk. Setibanya kereta Harina sampai di Stasiun Surabaya Pasar Turi pukul 16.20 (30 menit lebih awal), saya langsung  menuju kereta dengan no tempat duduk Ekonomi Premium 2 / 2C. 


Kereta api Harina ini menghubungakan tujuan akhir ke Stasiun Bandung, dengan jadwal keberangkatan dari Stasiun Surabaya Pasar Turi (SBI) pukul 16.50 WIB hingga sampai ke Statsiun Bandung pukul 04:31 WIB, artinya total waktu perjalanan 11 jam 41 menit. Adapun biaya tiket kereta Harina ini cukup mahal yakni Rp 380.000, dengan biaya yang cukup mahal teresebut untungnya terbayarkan dengan kursi yang cukup nyaman (empuk dan bisa reclining), waktu tempuh yang lebih cepat (karena melewati jalur utara), kondisi wc yang bersih, dan pengaturan suhu AC yang pas (tidak terlalu dingin). Untuk kursi saya kembali mendapatkan posisi yang mundur ketika kita melihat pemandangan, tapi saat tiba di Stasiun Cikampek ternyata lokomotifnya berubah posisi, sehingga saya bisa merasakan maju ke depan ketika melihat pamandangan. Kereta Harina ini berlari cukup kencang, saya menggunakan aplikasi digiHUD (speedometer) tercatatkan kecepatan laju tembus 117.6 km/h, saya rasa karena kondisi rel di bagian utara selain sudah jalur ganda, juga relatif lurus tidak berkelok-kelok seperti jalur di selatan.

Kesimpulan perjalanan dari Jember ke Bandung dengan menggunakan kereta menghabiskan waktu kurang lebih 20 jam (termasuk datang lebih awal ke stasiun dan transit). Untuk biaya tiket yang dikeluarkan adalah biaya kereta Sri Tanjung Rp 88.000 dan biaya kereta Harina Rp 380.000 sehingga totalnya Rp 468.000. Persiapkan juga aplikasi transportasi online untuk mobilitas dari Stasiun Surabaya Gubeng (SGU) ke Stasiun Surabaya Pasar Turi (SBI). 

15 Des 2019

Pengalaman menjadi seorang pengajar #2

Secara tidak langsung, Ibu saya memberikan pengaruh yang besar bagi saya untuk menjadi seorang pengajar. Hampir setiap hari ia selalu bercerita tentang suka dukanya menjalani profesi pahlawan tanpa jasa. Ia juga bercerita kelak kalau kamu bekerja harus melebihi pekerjaan ibumu sebagai guru sekolah dasar. Alhamdulillah ternyata doa Ibu terkabul bahwa anaknya bisa menjadi pengajar di salah satu perguruan tinggi negeri.

Sekarang saya bisa merasakan bahwa menjadi seorang pengajar itu tidak hanya sekedar mengajar tentang apa yang sudah diketahui, melainkan banyak hal yang perlu dipersiapkan dan diperhatikan. Mulai dari perencanaan materi, metode, referensi, hingga penilaian dan evaluasi. Segalanya harus dipersiapkan dengan baik. Itu semua hanya dalam lingkup pengajaran. Di perguruan tinggi, seorang pengajar juga harus dituntut untuk memenuhi penelitian dan pengabdian, sehingga terlihat berbeda seseorang yang mengajar di jenjang pendidikan dasar, pertama, menengah, dengan pengajar di jenjang perguruan tinggi. Menjadi pengajar di jenjang perguruan tinggi selain amanahnya cukup banyak, pertanggungjawabannya pun cukup besar. Diantaranya adalah membimbing mahasiswa dalam hal akademik dan non-akademik. Dalam hal akademik, pengajar harus mempunyai wawasan yang luas tentang topik yang banyak diteliti. Kemudian dalam hal non-akademik, pengajar harus mempunyai sikap dan karakter yang profesional, menjadi contoh bagi mahasiswanya.

Menjadi seorang pengajar jangan berharap banyak tentang hak (gaji) yang diterima setiap bulannya. Jika dibandingkan dengan orang yang bekerja di industri, bisa dibilang akan sangat jauh perbedaan penerimaan gaji nya, mungkin bisa dua kali lipat atau lebih dari itu. Jadi jika dari awal tujuan bekerja untuk mendapatkan gaji yang besar, maka pilihlah pekerjaan selain profesi pengajar. Pengajar bukan hanya dituntut untuk mentransfer ilmu, tapi juga dituntut untuk sabar. Dalam hal sabar, tentu nya ada batasnya, yakni seorang pengajar harus kreatif dan inovatif dalam mencari peluang pundi-pundi rupiah agar bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Tidak ada yang instan, semua butuh proses. Jalani, Nikmati, Syukuri.

5 Des 2019

Pengalaman menjadi seorang pengajar #1



Mahasiswa sedang praktikum di Lab Komputer



Tidak pernah terfikirkan pada saat saya kecil dahulu berkeinginan sebagai seorang pengajar. Dari kecil saya justru berkeinginan menjadi seorang pengusaha, apapun itu jenis usaha nya yang penting bisa berjualan. Waktu berlalu begitu cepat hingga akhirnya saat saya duduk di bangku perkuliahan, saya merubah pikiran dan cita-cita. Awalnya saya tertarik dengan dunia bisnis, namun lama-kelamaan setelah belajar dan mempraktikan bisnis, ternyata di dalam hati saya yang paling dalam berkata bahwa saya tidak passionate menjadi seorang pebisnis atau pengusaha. Semakin dipikirkan, saya menemukan jawaban kenapa saya tidak passionate menjadi seorang pebisnis atau pengusaha, yakni diantaranya saya tidak cukup percaya diri, tidak mau mengambil resiko yang besar, tidak punya modal yang cukup, dan channel terbatas. Tidak banyak pengalaman bisnis saya, tapi setidaknya saya tahu dan pernah mencoba untuk bisnis kecil-kecilan, diantaranya adalah jasa cetak foto, penjual jus di car free day, penjual boneka wisuda, penjual balon huruf, penjual dorayaki, dan terkahir sebagai desainer poster.

Setelah mencoba semua itu, sebetulnya saya ketagihan dan tidak ingin berhenti berbisnis. Namun karena saya susah menemukan orang yang punya visi yang sama dengan saya, akhirnya saya memutuskan untuk tidak melanjutkannya lagi sebagai seorang pebisnis.

Singkat cerita, di masa perkuliahan saya sering sekali berinteraksi dengan para dosen, karena kerap kali saya diberi amanah sebagai ketua kelompok, ketua kelas, dan koordinator praktikum yang itu semua membutuhkan komunikasi atau koordinasi dengan para dosen, sehingga terjadilah interaksi yang cukup intens dengan dosen. Seiring banyaknya interaksi dengan dosen, itulah awal mula saya mulai menyukai dunia pengajaran, ingin bercita-cita sebagai pengajar, dan tidak melanjutkan bisnis.
Kenapa demikian ? saya menilai menjadi seorang pengajar adalah suatu kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. Kebaikan bagi diri sendiri adalah dengan selalu memperbaharui keilmuan dan juga memperbaiki sikap. Dan kebaikan bagi orang lain adalah menjadikan murid-muridnya yang asalnya tidak tahu menjadi tahu, kemudian menjadi paham, dan bisa berubah menjadi lebih baik.

Ada hadits yang mengatakan sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain, hal tersebut tentu sangat sejalan dengan seorang Pengajar, ia dapat menjadi orang yang bermanfaat di tengah-tengah masyarakat karena ilmu yang dimilikinya.

Hal menarik lainnya yang saya nilai dari seorang pengajar adalah selalu berinteraksi dengan orang-orang berilmu, dimana hal tersebut tentu akan menciptakan lingkungan yang positif. Hal positif datang dari sharing ide, pengetahuan, dan juga pengalaman. Tentu obrolan yang dibicarakannya akan selalu berbobot. Seorang pengajar selain berinteraksi dengan orang berilmu, mereka juga akan berinteraksi dengan beragam macam karakter dan status sosial, sehingga hal tersebut akan menambah wawasan dan terciptanya hubungan yang tidak terbatas dengan orang lain.

Berdasarkan hal-hal yang sudah saya tuliskan tersebut, akhirnya saya memutuskan diri untuk menjadi seorang pengajar. Alhamdulillaah setelah menamatkan perkuliahan, saya diberikan kesempatan oleh Allah SWT menjadi seroang pengajar di salah satu PTN, di Jawa Timur.

Meskipun usia saya tergolong paling muda untuk menjadi seorang dosen, saya rasa perlu banyak sekali hal-hal yang harus dipelajari, yaitu dari segi keilmuan, sikap, komunikasi, dsb. Pengalaman menjadi seorang pengajar menurut saya yang baru saja berkecimpung di dunia pendidikan adalah harus senantiasa memposisikan diri sebagai orang yang mempunyai keahlian di suatu bidang, orang yang mampu mentransfer ilmu pengetahuan kepada para mahasiswanya, orang yang mampu menuliskan karya ilmiah, orang yang mampu berkomunikasi dengan masyarakat sekitar ataupun rekan kerja. Menjadi seorang pengajar juga harus ikhlas menanggung apa yang yang menjadi hak dan kewajibannya. Jangan samakan dengan profesi lain yang tentu bisa lebih hijau rumputnya. Menjadi seorang pengajar harus siap menuntut ilmu yang tidak ada habisnya dan mengejar target-target untuk menunjang karirnya. Menjadi seorang pengajar juga harus siap untuk memperbaiki diri sendiri dan lingkungan sekitar. Menjadi seorang pengajar akan mempunyai kepuasan tersendiri ketika apa yang kita ajarkan dapat dimengerti oleh muridnya.

Dalam dekat ini, saya bertekad akan memfokuskan menjadi seorang pengajar yang profesional di bidangnya, membidik beasiswa untuk bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Namun tidak menutup kemungkinan saya akan berbisnis jika ada kesempatan 😁.


Sebagai penutup, terdapat tiga amalan yang pahalanya yang tidak terputus saat di akhirat kelak, yakni; amal jariyah, doa anak yang shaleh, dan ilmu yang bermanfaat. Semoga menjadi seorang pengajar menjadikan kita mendapatkan amal yang tidak terputus di akhirat kelak karena selalu mengajarkan ilmu yang bermanfaat.

10 Nov 2019

Selamat Pagi

Matahari pagi pukul 05.30

Sinar matahari pagi selalu menyambut saya dengan hangat, masuk melalui celah-celah jendela kamar kos di lantai tiga. Pagi ini saya bersyukur bahwa saya masih diberi kesempatan untuk hidup, untuk berkarya, dan untuk mengabdi sebagai pengajar di salah satu perguruan tinggi negeri di Kabupaten Jember. Allah tahu dan yakin bahwa kamu mampu untuk menjalani episode perjalanan ini. Perjalanan baru yang jauh dari zona nyamanmu. Karena itu awali pagi mu dengan semangat. Selamat pagi 🙂

Jadi Dosen Muda ?

Penerimaan SK Dosen CPNS

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa saya akan berkarir menjadi dosen di usia 24 tahun. Rasa syukur saya selalu terucapkan kerapkali saya mengingat usaha dan perjuangan saya untuk mendapatkan karir yang saya impikan sejak tahun 2012 atau tahun pertama saya kuliah tingkat S-1. 
Bagi saya menjadi dosen adalah suatu nikmat yang sangat luar biasa, karena selain kita bekerja, kita belajar hal-hal baru pada setiap hari nya. Banyak hal-hal baru yang harus dipelajari dan disebarkan kepada setiap orang, tentunya ini membuat improvement khususnya bagi saya sendiri. Menjadi seorang dosen di usia muda merupakan kebanggaan sekaligus punya beban sosial tersendiri, kok bisa ? Untuk kebanggaan, saya merasa bahwa ilmu yang sudah saya pelajari selama beberapa tahun, baik saat kuliah di tingkat S-1 maupun di tingkat S-2 itu semuanya bisa diterapkan dan bisa disebarkan kembali kepada mahasiswa, dan ini merupakan kebanggaan bagi saya. Lanjut untuk yang beban sosial kenapa ? yang pertama di lingkungan dosen ternyata banyak yang sudah berkeluarga 😁. Jadi saya selalu ditanya apakah sudah berkeluarga atau kapan akan berkeluarga, dan ini menurut saya menjadi beban sosial sekali 😢
Ohya jadi dosen itu menurut saya adalah pekerjaan yang paling menyenangkan, karena pekerjaannya cenderung fleksibel dan tidak monoton. Dalam hal fleksibilitas kita dapat menyesuaikan jadwal jam masuk dan untuk tugasnya itu berdasarkan pada TriDharma Perguruan Tinggi yakni Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian sehingga tidak monoton. 
Hanya sedikit yang bisa saya sharing, semoga kedepannya saya bisa rajin nulis di Blog ya !

19 Jun 2019

Mudik 2019; Jakarta - Bandung 12 jam !

Pada Lebaran Idul Fitri 1440 H ini saya dan keluarga mudik setelah lebaran H + 2, tepatnya hari Jum'at tanggal 7 Juni 2019. Mudik dari Bandung menuju Jakarta mungkin terdengar aneh karena biasanya orang-orang yang mudik dari Jakarta ke daerah, namun keluarga saya malah sebaliknya yakni dari daerah ke Jakarta. Sepanjang perjalanan saya sangat bersyukur karena arus mudik dari Bandung ke Jakarta ini tidak terlalu padat, sehingga waktu tempuh Bandung-Jakarta hanya memakan waktu 4 jam saja. Kami berangkat dari rumah pukul 06.00 pagi dan sampai di Jakarta pukul 10.00 dengan menggunakan kendaraan Bus Primajasa. Untuk menghemat biaya perjalanan kami menggunakan Bus Primajasa Bandung-Bekasi Ekonomi, untuk tarifnya hanya Rp 38.000 / orang, setelah sesampainya di Bekasi kami melanjutkannya dengan GoCar dengan tarif Rp 81.000.
Di sepanjang perjalanan kendaraan menuju Jakarta tidak terlalu padat, namun sebaliknya dari Jakarta menuju Jawa Tengah sangat padat sekali padahal sudah diberikan jalur contraflow. Trend mudik 2019 ini menurut saya lebih banyak orang yang kembali ke kampung halaman setelah lebaran, bukan sebelumnya. Sehingga dengan waktu yang bersamaan terjadi kepadatan di ruas toll Cikampek menuju Cipali. Maka terdapat ruas jalan toll yang diberlakukan satu arah atau one way , pada saat sesi mudik diberlakukan one way dari Toll Kali hurip hingga Semarang. Sangat beruntung perjalanan mudik kami sekeluarga ke Jakarta tidak terdampak kebijakan one way di ruas jalan Toll, sehingga Bandung - Jakarta bisa ditempuh dalam 4 jam saja. Saat bersilaturahim di Jakarta, kami hanya menghabiskan waktu selama dua hari saja yakni hari Jumat dan Sabtu (tanggal 7 - 8 Juni 2019), kemudian untuk hari Minggu nya (9 Juni 2019) kami memutuskan untuk pulang ke Bandung.

Cerita perjalanan Jakarta - Bandung 12 Jam ini dimulai saat kami hendak menuju Bandung pada tanggal 9 Juni 2019.





Di pagi hari yang cukup cerah dengan dibaluti sinar matahari yang cukup hangat, kami mengawali perjalanan ke dari Jakarta menuju Bandung tepat jam 08.00 WIB. Kami memilih rute dan transportasi yang sama untuk menuju Bandung, yakni harus transit ke Bekasi terlebih dahulu dan menggunakan Bus Primajasa. Perjalanan kami dimulai dengan menggunakan GrabCar untuk menuju Bekasi dan pukul 08.30 kami sudah sampai di Gerbang Toll Bekasi Timur. Di tempat itu pula lah kami biasa menunggu kedatangan Bus Primajasa Ekonomi yang mengarah ke Bandung. Selama 15 menit kami menunggu Bus Primajasa dengan berdiri dan sesekali duduk di pinggiran bahu jalan, pada hari itu tidak ada tanda-tanda akan hujan, sehingga sinar matahari di daerah Bekasi cukup panas. Setelah Bus Primajasa tiba, saya segera naik dan menempati kursi di baris ke dua paling belakang dan tidak lama kemudian Bus berangkat menuju Bandung pukul 09.00 WIB melalui jalur Toll.
Tidak ada di benak saya bahwa perjalanan kali ini akan ada penyesuaian one way di Toll karena 20 menit pertama perjalanan menuju Bandung cukup lancar, hingga akhirnya terjadi kepadatan di ruas Toll Cikarang. Pada saat adanya kepadatan lalu lintas ini, saya coba mencari tahu ada apa sebenarnya yang terjadi karena saat itu kondisi jalan benar-benar tidak bergerak, sesekali bergerak maksimal kecepatan hanya 10 km/h. Setelah baca-baca kicauan di twitter, ternyata ada penyesuaian one way atau satu arah dari arah Cipali menuju Jakarta yang mengharuskan arah ke Bandung dialihkan melalui jalan arteri nasional. Setelah kurang lebih 2 jam berada di Toll, akhirnya saya melihat beberapa mobil polisi beserta Traffic Cone yang menghalangi jalan agar mobil-mobil yang berada di ruas Toll Bekasi mengarah ke pintu keluar Tol Cikarang Barat. Dampak dari diberlakukannya kebijakan one way, maka jalur di sepanjang jalur keluar Tol Cikarang Barat sangat macet

5 Jun 2019

Meneladani sifat baik Ibu. Mom, you are my everything.

Mom, you are my everything

Kata-kata tersebut merupakan ungkapan seorang anak yang sangat mencintai ibunya. Ibu adalah segalanya, tentu setelah Allah dan Rasulnya.
Kini usianya sudah 59 tahun, kerut di wajahnya semakin banyak, dan kondisi tubuhnya tidak prima seperti dulu kala. Namun semangat Ibu untuk berbuat baik tidak pernah berkurang sedikitpun. Ia masih kuat mengajar di Sekolah Dasar dengan membawa motor Supra X 125 warna merahnya. Ia sanggup menjalankan tugasnya dengan menghadapi cuaca yang tidak menentu, kadang panas terik, hujan, banjir. Macet di jalan raya sudah bukan sesuatu yang aneh. Setiap hari ia menempuh perjalanan Dayeuhkolot-Situgunting dengan hati yang ikhlas, meskipun terkadang ia menggerutu dengan kondisi tubuh yang sudah menua itu. 

Ibu jasamu sangat besar, tidak hanya mendidik muridnya di sekolah, tapi ia juga mendidik anaknya yang di rumah, hingga tidak terasa kini usia saya yang mencapai 24 tahun.
Mendidik dari cara Ibu adalah bukan hanya perintah atau omongan belaka, ia terlebih dahulu memberikan contoh yang baik sebelum menyuruh. 
Setiap harinya, Ibu selalu memberikan nasihat yang baik. Kata-kata yang paling berharga dan selalu dikenang adalah; kalau ada masalah harus sabar, jangan lupa sholat, dan perbanyak sedekah, karena menurut Ibu dengan semua itu maka ketika kita ada masalah sebesar apapun, insyaaAllah Allah akan menolongnya, karena pertolongan Allah datang bagi hambanya yang taat beribadah.

Di usia yang sudah menginjak 59 tahun ini, Ibu gemar sekali bersedekah kepada orang-orang sekitar, baik di lingkungan sekolah, di jalanan, maupun di lingkungan rumah. Di lingkungan sekolah ia suka berbagi makanan dengan siapapun, misalnya ketika beli makanan, ia selalu menyempatkan membeli lebih dari satu, yakni agar rekannya bisa memakan makanan bersama-sama. Selain itu Ibu juga suka bercerita bahwa ia suka menyisihkan uangnya untuk diberikan ke penjaga sekolah, mengingat penjaga sekolah hanya mendapatkan gaji di bawah UMR. Maka tidak heran dengan kebaikannya, Ibu suka bercerita banyak dibantu teman-temannya, dibantu mengurusi administrasi sekolah, nilai anak-anak, rapot, dsb.

Di perjalanan, Ibu juga gemar bersedekah kepada tukang parkir dan tukang yang mengatur lalulintas di pertigaan. Ia kadang suka mengasih lebih dari yang seharusnya ia bayar. Bahkan ia sampai kenal dengan nama tukang parkirnya, pun sebaliknya.

Di lingkungan rumah, Ibu gemar bersedekah dengan tetangga rumah depan, samping, dan belakang. Jika ada makanan lebih atau ada buah-buahan hasil kebun (pepaya, sirsak, dan belimbing), ia tidak lupa untuk membagi-bagi ke tetangga. Selain itu, anak-anak kecil suka Ibu kasih uang Rp 2.000 an per orang, hingga sampai anak-anak tersebut sudah menunggu di pintu pager saat Ibu pulang untuk membukakannya, bahkan ketika bulan puasa kemarin (1440H) anak-anak yang membangunkan sahur dikasih uang saat melintasi jalan depan rumah. 

Ibu di dalam keluarga sangat berperan penting, dari mulai menjadi pendidik dan pemberi contoh yang baik, koki yang handal, pengatur keuangan, tempat curhat, suka bersih-bersih, dan juga seseorang yang taat beribadah. Maka tidak ada kata yang pantas diungkapkan seorang anak kepada Ibu kecuali 'Ibu adalah segalanya'. 

Ibu selalu menerapkan prinsip kepada anaknya "Ilmu itu cahaya, bodoh itu bahaya". Maka dengan sekuat tenaga Ibu berusaha menyekolahkan anaknya hingga ke tingkat bangku perkuliahan, karena yang Ibu mau anak-anaknya harus hebat, melebihi dirinya. Salah satu cara untuk mendapatkan Ilmu adalah dengan sekolah setinggi-tingginya agar mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang luas, yang diharapkan menjadi cahaya penerang kehidupan anaknya. Sebaliknya jika kita tidak mencari ilmu, maka kebodohan akan hinggap dan itu akan menjadi bahaya bagi setiap langkah yang akan ditempuh dalam kehidupan anaknya.

Setiap sholat, saya selalu menyempatkan untuk mendoakan Ibu agar selalu diberikan kesehatan, kelancaran dan kemudahan dalam hidupnya.  Terimakasih Ibu telah menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya, semoga doa-doamu menjadi cahaya penerang kehidupan yang membimbingku pada jalan yang semata-mata untuk meraih ridhaNya. 

4 Jun 2019

Terimakasih ya Allah, Selamat Idul Fitri.

Terimakasih ya Allah di umur 24 tahun ini, saya sudah melewati banyak hal yang cukup memberikan banyak pelajaran hidup bagi saya. Pelajaran hidup tersebut sangat berharga, susah maupun senang.
Saat susah Engkau selalu memberikanku jalan keluar, dan saat senang Engkau selalu menanamkanku rasa syukur.

Terimakasih ya Allah, tanpa disadari Engkau telah membuat skenario yang indah, engkau telah menunjukkan jalan lurusMu kepadaku. Perlahan-lahan aku mulai berjalan di jalan hijrah ini. Perlahan-lahan juga aku mulai meninggalkan kebiasaan buruku.

Ubahlah diri ini menjadi lebih baik ya Allah..
Tetapkan rasa istiqamah di jalanmu ya Allah..
Terangi hati ini dengan cahayamu ya Allah..
Berikanlah selalu petunjuk darimu ya Allah..

Kini Ramadhan pun berakhir, ada rasa sedih dan bahagia sekaligus.
Rasa sedih itu adalah semoga ini bukan Ramadhan yang terakhir
dan rasa bahagia itu adalah adanya harapan agar semua amal ibadah bisa diterima, juga adanya harapan agar diampuninya dosa-dosa yang telah berlalu.

Terimakasih ya Allah, bulan Ramadhan kali ini bisa lebih banyak menghabiskan waktu denganMu dan juga dengan keluarga tercinta.

Taqabalallahu minna wa minkum, taqabbal yaa kariim.
Semoga Allah menerima amal ibadah kita.

Selamat Idul Fitri, 1 Syawal 1440 H.
Mohon maaf lahir batin.

30 Mei 2019

Tips Lolos Membuat SIM A Tanpa Ikut Kurus Mengemudi dan Tanpa Nembak Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Kali ini saya akan sharing tips bagaimana lolos membuat SIM A bagi pemula tanpa ikut kursus mengemudi dan tanpa nembak berdasarkan pengalaman pribadi.

Suasana ujian praktik SIM A di Polres Bandung

Bagi sebagian orang yang baru mempunyai mobil, pasti menginginkan SIM A agar dapat berleluasa berkendara di jalan raya tanpa takut ditilang oleh Polisi. Nah untuk mendapatkan SIM A tersebut tentunya perlu perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit apabila kita mau memproses pembuatan SIM A dengan jalur yang halal (tidak nembak). Adapun tips yang saya tuliskan di sini adalah murni dari pengalaman pribadi yang baru saja mendapatkan SIM A dengan halal tanpa nembak.

Adapun tips yang bisa disharing di sini adalah:

1. Pertama, menggunakan mobil pribadi untuk latihan.
Tujuan dari menggunakan mobil pribadi adalah agar kita bisa mengulik lebih leluasa apa yang hendak akan kita pelajari tanpa takut akan hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya kita tidak perlu khawatir mengganti sesuatu apabila ada suatu kerusakan, karena akan berbeda rasanya ketika ada sesuatu yang rusak jika kita menggunakan mobil oranglain. Selain itu ketika kita sudah terbiasa menggunakan mobil sendiri, maka kedepannya akan bisa lancar mengemudi. Usahakan untuk latihan kita gunakan mobil yang bertransmisi manual, karena pada ujian praktik yang dilakukan di kantor polisi atau samsat menggunakan mobil yang bertransmisi manual.

2. Kedua, Jangan gengsi untuk meminta bantuan latihan kepada teman atau sodara yang sudah mempunyai SIM.
Gengsi merupakan dinding penghalang bagi kemajuan diri kita. Maka buang jauh-jauh rasa gengsi ketika kita meminta teman yang sudah mempunyai SIM untuk mengajarkan kita cara mengemudi. Pengalaman saya untuk latihan mengemudi mobil ini, meminta bantuan kepada dua orang teman saya yang sudah mempunyai SIM.

3. Ketiga, Perbanyak latihan, minimal seminggu sekali.
Ketika kita melakukan latihan mengemudi mobil, buang jauh-jauh rasa takut. Tanamkan pikiran kita dengan “All the things are under control” atau semuanya bisa kita kendalikan. Dan selaras dengan hal itu kita juga harus menanamkan kesabaran. Bagi pemula mungkin akan wajar jika pertama kali mengemudikan mobil mempunyai rasa takut, takut nabrak, tidak bisa belok, mesin mati, dan lain sebagainya. Maka kunci untuk menghilangkan rasa takut tersebut harus perbanyak latihan minimal seminggu sekali agar kita tidak kaku dalam menginjak gas, memindahkan gigi, belok, dsb. Carilah tempat atau wilayah yang memadai untuk latihan mobil. Pengalaman saya pada saat latihan mobil, saya memilih lokasi yang tidak terlalu ramai. Kalau di wilayah Bandung, pada saat itu tempat latihan saya di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (melancarkan injakan gas, kopling, rem), kemudian di Stadion Si Jalak Harupat (untuk melatih parkir mundur seri dan paralel), dan yang terakhir di komplek Dago Resort yang terletak di wilayah perbukitan (untuk melatih stop and go di tanjakan). Tentunya pada saat latihan tersebut saya tidak sendirian, melainkan ditemani oleh rekan saya, agar jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, teman saya bisa membantu.
Pengalaman saya latihan parkir mundur paralel dan seri, saya menggunakan patok yang saya buat sendiri dari barang-barang bekas, yakni kertas kalender yang digulungkan kepada botol mineral yang sudah diisi air. Saya membuatnya 6 buah yang diletakan di tepian samping dan belakang. Tujuannya adalah untuk mengukur feeling kita agar saat mundur tidak menabrak patok tersebut.

4. Keempat, Sering membaca artikel atau menonton video di youtube yang berkaitan dengan pengoperasian mobil bertansmisi manual.
Bagi saya Youtube adalah platform penyedia konten video yang sangat efektif bagi proses pembelajaran khususnya pembelajaran bagaimana cara mengemudikan mobil. Banyak channel-channel yang berisikan konten bagaiamana mengemudikan mobil yang tepat. Nah karenanya saya juga dapat pengetahuan tentang seluk beluk materi yang diujikan pada praktik SIM di kantor polisi.
Berikut video yang sangat membantu saya dalam pembuatan SIM A di Polres Bandung.
a. Ujian teori 
Tips pada saat mengerjakan ujian teori SIM A ini adalah dengan memperhatikan perilaku pengemudi yang ditunjukan pada ilustrasi video. Ingat harus fokus pada pertanyaan yang dibacakan, jangan sampai terkecoh dengan tulisan pertanyaannya. Kebetulan pada saat test ujian teori SIM A di Polres Bandung, soal-soal yang diujikan sangat persis sekali dengan video tersebut, sehingga saya pada waktu itu mendapatkan skor 98 (hanya salah satu soal). 

b. Ujian parkir seri dan paralel 
Nah pada tahap ini kita tidak diperbolehkan kepala kita melihat ke belakang pada saat parkir mundur seri dan paralel, kita harus menggunakan spion kiri kanan dan juga feeling. Akan dianggap gagal apabila saat kita parkir mundur seri dan paralel menyentuh patok atau traffic cone. Pengalaman yang saya lakukan pada saat praktik mundur seri dan paralel, kita harus fokus pada sisi kanan belakang mobil kita dengan melihatnya melalui spion. Karena ketika kita tidak menyentuh traffic cone di sebelah kanan belakang, maka posisi mobil akan aman (tidak menyentuh cone di sebelah kiri). Tentu harus juga ada perhitungan saat berbeloknya tidak boleh terlalu patah (miring) melainkan harus bisa memperhitungkan agar tidak menyentuh traffic conenya.

c. Ujian di tanjakan (stop and go)  


Dari sekian banyak video tutorial stop and go di tanjakan, menurut saya hanya video ini yang sangat bagus cara penjelasannya, karena sangat detail dan kita bisa melihat posisi kaki-kakinya, rpm, dan handbrake. Pada menit ke 5:35 di video tersebut menjelaskan bahwa ketika kita berhenti di tanjakan yang curam dan hendak maju lagi, yang harus kita lakukan adalah:

1). Saat menanjak usahakan pakai gigi satu agar mobil mempunyai tenaga yang prima.

2). Saat kita hendak berhenti di tanjakan, maka injak kopling dan tarik handbrake. 
Pada saat kita menarik handbrake harus disesuaikan dengan posisi tanjakannya, apabila sangat curam maka usahakan tarik handbrakenya sampai full, sebaliknya apabila tidak terlalu curam, maka tarik handbrakenya bisa setengah saja.

3). Jika kaki kita hendak beristirahat maka posisikan gigi di netral, setelah itu kita bisa mengistirahatkan kaki kita dengan tidak menginjak kopling dan rem.

4). Pada saat kita hendak maju, maka yang kita lakukan adalah kaki kiri menginjak kopling, masukan gigi satu, kaki kanan sudah standby di pedal gas (jangan menginjak gas terlebih dahulu ya, karena mesin akan meraung, maka posisikan saja kaki kanan di atas pedal gas saja), setelah itu release kopling secara perlahan hingga rpm turun dan mobil terasa bergetar akan maju, lalu ketika sudah bergetar akan maju maka injak gas dan release handbrakenya. Pada saat menginjak gas itu menyesuaikan dengan kondisi tanjakannya. Apabila curam maka injak gas dengan dalam, sebalikya apabila tidak terlalu curam maka injak gasnya tidak perlu terlalu dalam.

5). Ketika mobil sudah melaju perlahan jangan lepaskan kopling secara penuh, tahan sedikit dan apabila kecepatan sudah meningkat maka kopling bisa dilepaskan secara penuh. 


5. Kelima, Perbanyak doa dan sedekah.
Terakhir yang tidak bisa diremehkan adalah selain perbanyak latihan, kita juga harus memperbanyak doa dan sedekah agar dalam proses pembuatan SIM A dimudahkan oleh Allah. Dimudahkan di sini dapat diartikan kita mendapatkan orang penguji yang baik, tidak mengantri lama, saat test stop and go mesin tidak mati, dan masih banyak lagi.

Demikian itu saja yang dapat saya sharingkan kepada teman-teman terkait dengan tips lolos membuat SIM A tanpa kursus mengemudi dan tanpa nembak. Semoga bermanfaat dan apabila ada yang ingin ditambahkan dan koreksi, silahkan tulis di kolom komentar.
Terimakasih


Ramadhan 1440 H

Pendahuluan
Ramadhan kali ini tahun 1440 H atau tahun 2019 ini terasa berbeda sekali dengan ramadhan sebelumnya (2018) di mana pada masa-masa itu saya masih sebagai mahasiswa pascasarjana ITB yang mempunyai banyak kegiatan baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Namun pada Ramadhan kali ini saya bukan lagi statusnya sebagai mahasiswa, yakni saya sudah dinyatakan alumni. 
Ramadhan pada tahun ini terbilang sangat sedikit sekali kegiatan atau aktivitas yang saya ikuti. Saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga (ibu, ayah, dan adik). Aktivitas yang saya lakukan mulai dari beres-beres rumah, bantu ibu membelikan bahan-bahan untuk memasak, antar-jemput, tarawih bareng ayah setiap hari, hingga membuat hidangan sop buah yang akan disantap setelah adzan maghrib. Dengan banyaknya menghabiskan waktu bersama keluarga, saya sangat jarang sekali bukber bersama teman-teman, hingga H-5 menjelang lebaran saya baru mengikuti bukber bersama teman-teman BPH Kamil ITB saja. Tentu ini merupakan hal baik ketika kita jarang ikut bukber , karena selain bisa menghemat biaya, sholat tarawih pun senantiasa bisa kita jaga dari absen-absen. Sebetulnya kita perlu silaturahim kepada sesama, namun menurut saya trend zaman sekarang bukber itu kadang gak kenal waktu karena bisa melewatkan moment yang hanya ada di bulan Ramadhan yakni salah satunya sholat taraweh. Nah Alhamdulillah ketika saya bukber bersama teman-teman BPH Kamil di restoran seafood HDL yang letaknya dekat dengan masjid Pusdai, selepas makan tajil saya bisa sholat magrib berjamaah di masjid dan setelah bukber kami pun bisa langsung mengikuti sholat isya dan tarawih di masjid Pusdai. 

Awal Ramadhan
Di fase awal bulan Ramadhan, saya merasakan kekosongan yang melanda hati dan pikiran saya. Bagaimana tidak, biasanya pada Ramadhan tahun lalu saya aktif di Masjid Salman, mengikuti kajian-kajian dari pemateri keren, sekarang saya hanya bisa di rumah dan mengikuti kajian di layar televisi saja. Biasanya ada kegiatan sosial di organisasi, sekarang tidak ada. Biasanya ada kuliah di kampus, sekarang tidak lagi. Benar-benar berbeda sekali Ramadhan tahun lalu dan Ramadhan tahun ini. 
Dengan adanya hal yang demikian maka munculah dampak positif dan dampak negatifnya.
Adapun dampak positif dari tidak banyak kegiatan yang di lakukan adalah saya bisa menghabiskan banyak waktu dengan keluarga, karena mungkin ini adalah Ramadhan terakhir saya bersama keluarga di Bandung sebelum saya pindah domisili ke Jawa Timur. Selain itu saya juga banyak waktu untuk berinteraksi dengan Al-Quran, membantu keluarga, menulis artikel blog ini, belajar mobil hingga akhirnya dapat SIM A tanpa nembak,membaca buku-buku yang udah lama dibeli tapi tidak pernah disentuh. 
Nah itu beberapa dampak positifnya, kemudian saya juga merasakan dampak negatif yakni pada awal-awal Ramadhan ternyata saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk memainkan game laptop Stronghold Crusader, memainkan smartphone saya (buka sosmed, browsing, youtube-an dsb) hingga saya periksa dengan suatu aplikasi bahwa tercatatkan selama kurang lebih 7 jam saya menggunakan smartphone dalam satu harinya. Selain itu saya juga dilanda rasa kemalasan yang memuncak, yakni malas berolah raga. Tentunya hal ini berdampak pada tubuh yang makin tidak minimalis. Heuheu  
Di awal bulan Ramadhan ini juga saya sangat galau karena menunggu SK CPNS yang tidak ada kabarnya samasekali, jadi serbasalah dan kepikiran terus terutama ketika di group whatsapp ataupun telegram selalu membahas hal-hal yang berkaitan dengan itu, bagaimana tidak galau ketika bagian kepegawaian menjelaskan beberapa orang (ratusan orang) ada yang bermasalah dengan kualifikasi pendidikan dan bermasalah dengan berkas-berkasnya sehingga dampaknya pada belum diterbitkannya SK. Ini yang membuat galau, bagaimana dengan nasib SK saya (?) semoga Allah melancarkannya semua.

Pertengahan Ramadhan
Di fase pertengahan Ramadhan saya mulai belajar memahami kondisi saya. Mungkin ada yang salah pada diri saya, terlalu banyak memikirkan hal-hal kecil hingga menguras pikiran sehingga menjadi tidak produktif di fase awal Ramadhan. Dari kejadian itu lah sedikit-dikit saya mulai merubah kebiasaaan saya pada fase pertengan Ramadhan ini, saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan banyak membaca buku, membaca Al-Quran, dan menulis artikel-artikel ringan.

Akhir Ramadhan
Tidak terasa hari-hari di bulan Ramadhan ini melaju dengan cepatnya hingga telah datang di 10 malam terakhir, pada kesempatan akhir Ramadhan ini saya lebih menyibukan diri dengan beritikaf pada hari-hari ganjil atau zaman now itu disebutnya dengan Lailatul Qadr Seeker. Itikaf pada akhir Ramadhan ini saya habiskan malam saya di Masjid Agung Transtudio Mall Bandung. Kenapa saya memilih beritikaf di sana ? (1) Jadwal sudah diatur sedemikian rupa oleh pihak DKM di mana serangkaian acaranya terdapat tausyiah, qiyamullail, dan sholat berjamaah. (2) Parkir kendaraan bermotor cukup aman dengan dikenakan tarif flat, motor 5k dan mobil 10k. (3) Akses menuju kesana tidak memakan banyak waktu, hanya kurang lebih 30 menitan dari rumah. (4) Kondisi dan fasilitas masjid sangat baik, wc dan tempat wudhu bersih, terdapat stand makanan dengan harga terjangkau untuk sahur, ruangan berkapet dengan ukuran ketebalan yang sedang, ruangan ber-AC, dan bayak individual atau family yang juga melaksanakan iktikaf.
Nah pada Ramadhan ini saya sangat memanfaatkan moment untuk beritikaf, karena dengan itikaf itu kita bisa mencurahkan segala isi hati ini kepada sang pemilik hati yakni Allah SWT. Di samping itu juga kita bisa menambah ilmu dan pengetahuan yang baru melalui kajian-kajian yang disampaikan oleh ustadz-ustadz, serta kita dapat lebih banyak membaca Al-Quran (sekali itikaf bisa membaca minimal dua juz). 
Selain beritikaf, saya juga mencoba untuk mengurangi interaksi saya dengan smartphone, meskipun itu susah sekali. Rasanya ada yang kurang ketika kita tidak memegang smartphone itu. Tapi perlahan-lahan saya mulai mengalihkannya dengan banyak membaca buku dan menulis artikel-artikel sederhana. 

Hikmah
Allah tidak akan merubah suatu kaum, sebelum kaum tersebut merubah dirinya sendiri. 

29 Mei 2019

Sepotong Pengalaman Membuat SIM A (Mobil) Part 2

Perjalanan ke TKP (Polres Bandung)
Rabu tanggal 22 Mei 2019 diingatan saya adalah hari test ulang SIM A, dalam doa saya semoga hari ini saya bisa membawa kartu SIM A yang sah tanpa jalur belakang atau nembak. 
Saya biasa mempersiapkan diri untuk datang ke Polres Bandung lebih pagi, karena prinsip saya lebih baik menunggu daripada kesiangan. Tepat pukul 07.00 saya berangkat dari rumah, dan sampai di Polres pukul 07.35. Pada saat itu situasi jalan raya tidak begitu padat sehingga perjalanan tidak memakan banyak waktu.
Sesampainya di Polres Bandung, saya menyiapkan map abu yang bersisi persyaratan untuk membuat SIM beserta e-KTP. Tidak lama kemudian saya menuju pintu masuk pembuatan SIM dan petugas sudah siap menyambut kedatangan saya. Saya diminta untuk menunjukan map abu beserta e-KTP setelah itu saya diperbolehkan masuk dengan dikasi cap pada tangan saya (sebagai identitas pemohon SIM).

Momen menunggu giliran
Sesampainya di lokasi, terlihat belum banyaknya hiruk-pikuk orang yang akan membuat SIM baik di ruangan registrasi, ujian teori, maupun ujian praktek. Setelah kurang lebih 30 menit saya menunggu di kursi yang telah disediakan untuk ujian praktek akhirnya baru nampak beberapa orang yang juga akan ditest pada ujian praktek (mayoritas pemohon SIM C) dan hanya ada tiga orang pemohon SIM A. Setelah selang waktu beberapa menit kemudian, petugas datang untuk memberikan arahan sekaligus siap untuk mengawasi ujian praktek mobil dan motor. Semua berkas yang disimpan di dalam map dikumpulkan dan diberikan ke petugas. Pada saat itu saya mengumpulkan berkas di urutan paling terakhir yakni urutan ke tiga.


Momen test tanjakan
Petugas yang mendampingi untuk test praktik SIM A adalah Pak Tedy. Saya menilai beliau orangnya sangat strike dan harus sempurna, sehingga sangat susah untuk lolos ujian praktik SIM A ini. Singkat cerita orang pertama yang ditest ini dinyatakan gagal di tanjakan. Saya melihat dari kejauhan penyebab gagalnya yaitu saat stop and go di tanjakan mobil meraung dan seketika mundur. 
Kemudian untuk orang ke dua yang ditest juga dinyatakan gagal, karena saat ditest parkir seri menyentuh patok yang disimpan di sudut-sudut belakang hingga terjatuh.
Nah kemudian tibalah giliran saya untuk ditest. Pada saat itu karena ada kesibukan dari petugasnya, pengujian test mobil sempat ditunda sekitar 10 menit, dan menurut saya itu sangat beruntung sekali karena saya bisa menyiapkan mental dan juga ancang-ancang saat nantinya ditest di tanjakan. 10 menit berlalu akhirnya petugas datang, tetapi dengan orang yang berbeda. Pak Tedy yang semula bertugas untuk mendampingi test SIM A menjadi bagian admin, sehingga digantikan oleh Pak Aris. Alhamdulillah saya bersyukur setidaknya rasa tegang saya sedikit berkurang, karena Pak Aris terlihat murah senyum :D.
Setelah nama saya dipanggil, saya memasuki mobil gran max (mobil test SIM A), dan saya bergegas mempersiapkan posisi duduk yang senyaman mungkin.
Tiba di tanjakan, Pak Aris bilang berhenti dan silahkan maju kembali dengan mesin mobil tidak meraung, dan tidak mundur. Kondisi tanjakannya cukup terjal, sehingga saya menggunakan hand-brake untuk menahan mobil agar tidak mundur. Kemudian untuk dapat melaju kembali saya buka perlahan-lahan sekali kopling (yang ada di kaki kiri) hingga terasa mobil bergetar akan maju, setelah itu saya gas tipis hingga dalam. Ketika terasa mobil akan maju maka kemudian hand-brake dilepaskan secara perlahan. Ketika hand-brake dilepaskan secara perlahan saya merasa mobil masih mundur sedikit, mungkin kalau saat itu Pak Tedy yang menjadi pendamping saya untuk test maka akan tidak diluluskan, tetapi saya sangat merasa beruntung Pak Aris pada saat itu sangat baik sekali bisa meluluskan saya pada tahap tanjakan itu. Pak Aris juga bilang sebetulnya pada saat stop and go di tanjakan tersebut masih kurang sempurna, tapi beliau dengan baik hati memakluminya dan sempat bilang "jangan bilang-bilang ke yang lain ya bahwa saya meluluskannya" hehe dengan sigap saya berkata "siap pak, terimakasih banyaakk". Akhirnya saya dinyatakan lulus dan berkas saya ditandatangani oleh beliau.

Momen pembayaran 
Setelah dinyatakan lulus, diharuskan memberikan map tersebut ke bagian admin (pada saat itu Pak Tedy menjadi admin) kemudian setelah dicek, makan diwajibkan membayar Rp.120.000 di loket bank BRI yang lokasinya satu ruangan dengan ruang percetakan SIM. Setelah bayar dan menunggu kurang lebih 15 menit, akhirnya terbit SIM A atas nama Mushthofa Kamal.

My SIM A

Bangga sekali perasaan saya ketika mendapatkan SIM A ini dengan jerih payah yang terbilang cukup lama yaitu lima bulan lamanya saya menanti kehadiran SIM A.

Pelajaran yang didapatkan
Meskipun gagal beberapa kali (dari bulan Januari) saya tetap gigih berjuang untuk mendapatkan SIM A dengan cara halal alias tidak menembak, karena bagi saya adalah merupakan suatu kebanggan tersendiri ketika melalui jalur halal.
Kegagalan itu diciptakan agar kita senantiasa bisa belajar atau berlatih lebih banyak. Terbukti dengan adanya kegagalan itu saya bisa mengetahui seluk beluk mobil, masalah parkir, tanjakan, teknik stop and go yang baik, dan lain sebagainya melalui latihan-latihan yang dilakukan.
Jangan lupa berdoa dan juga bersedekah kepada orang yang membutuhkannya. Nah barangkali kesulitan yang kita hadapi itu bisa dihilangkan atau dipermudah dengan kita banyak berdoa dan juga bersedekah. Man Jadda wa Jadda.

Lanjut ke Part 3 (Tips Lolos Membuat SIM A Tanpa Ikut Kurus Mengemudi dan Tanpa Nembak Berdasarkan Pengalaman Pribadi)

4 Apr 2019

Menghadiri Syukuran Wisuda

part 1:

Hari ini tepat pada tanggal 1 April 2019 saya sebagai alumni diundang oleh teman-teman jurusan dan teman-teman KAMIL 2019 untuk menghadiri acara syukuran. Awalnya sempat kepikiran mau bawa apa ya untuk syukuran wisuda mereka nanti siang, dan pada saat itu juga saya kepikiran bawa kamera aja siapa tahu mereka akan mengabadikan momentnya di kampus lalu saya bisa membantu dengan kamera yang saya bawa. Juga tidak lupa saya membawa tempat makan kosong karena akan ada acara makan-makan di studio, nah acara makan-makan ini salah satu teman yang memasak sendiri makanannya sehingga yang lain hanya perlu membawa tempat makan.

Singkat cerita akhirnya saya berangkat dari rumah setelah sholat zuhur, hingga sampai kampus jam 13.00. Setelah sesampainya saya di kampus, saya menuju ruang studio yang sudah dipenuhi oleh teman-teman satu jurusan saya, berikut dengan dipenuhi menu masakan yang mereka hidangkan di atas mejanya. Awalnya saya datang bertemu mereka seperti biasa saling menanyakan kabar, kerjaan, kesibukan dsb, sambil berbincang itu saya merasa tidak enak karena yang lain sudah menyempatkan membawa mkanan, sedangkan saya hanya membawa tempat makan saja. Nah di situ saya berfikir, saya harus ikut berkontribusi untuk memenuhi hidangan di meja tersebut.

Karena cuaca siang hari sudah mulai mendung dan mau turun hujan, saya dan beberapa teman tidak menyempatkan menyantap makanan yang telah dihidangkan. Akhirnya  semua memutuskan agar makan-makannya setelah mengabadikan moment saja atau setelah foto-foto. Benar saja bahwa diantara mereka tidak ada yang membawa kamera, alias hanya membawa kamera dari HP. Sentak saya menawarkan diri untuk membantu mengabadikan moment mereka dengan menggunakan kamera saya. Alhamdullah akhirnya terpakai juga.

Mereka tampak berbahagia menggunakan toga wisuda yang sudah diambil di Annex untuk kemudian berfoto-foto di beberapa spot foto, dan karena mereka semua adalah calon wisudawan jadi saya membantu proses pengambilan gambar nya alias saya menjadi fotographer hehe.
Nah tidak terasa foto di beberapa tempat itu hingga memakan waktu kurang lebihnya sampai adzan ashar, akhirnya saya pamit terlebih dahulu ketika mereka masih sibuk berfoto-foto. Ketika di jalan hendak ke masjid, saya teringat bahwa saya belum berkontribusi untuk memenuhi hidangan di meja ruang studio, tanpa berfikir panjang akhirnya saya memutuskan untuk ke kantin dan saya membeli minuman the kotak sebanyak jumlah orang yang hadir dan di simpan di meja studio dengan tulisan di secarik kertas “Enjoy your drink ! – kamal-“ . Tanpa ada seorang pun di ruangan studio itu, saya menutup pintu dengan rapat dan akhirnya saya ke masjid untuk menunaikan sholat ashar.

--------------------------------------------------------part 2-----------------------------------------------------------

Setelah sholat ashar, saya langsung melanjutkan agenda saya di syukuran wisuda KAMIL 2019. Di acara tersebut saya diminta untuk menjadi pembicara terkait sharing pengalaman selama kuliah di ITB dan setelah lulus kuliah pascasarjana di ITB. Kebetulan sebelum saya berbicara, sahabat saya Subhan Arif (Teknik Geologi ITB) sebagai calon wisudawan menyampaikan kata-kata sambutannya. Beliau sharing bagaimana di organisasi KAMIL ini adalah organisasi yang sudah dianggap keluarga, banyak teman-teman yang mengajak pada kebaikan, saling tolong-menolong, dan bisa berteman dengan banyak orang bukan hanya berteman dengan mahasiswa ITB tetapi bisa berteman dari berbagai kalangan profesi. Nah saya mengagumi sosok beliau yang humoris, sederhana, mau berjuang bersama-sama untuk menyelesaikan suatu permasalahan artinya tidak egois, dan saling mengingatkan ketika mulai melenceng. Kenapa saya menilai seperti itu, karena saya sudah sangat akrab dengan beliau selama dua tahun di ITB ini sampai-sampai pernah satu tempat camping (moment naik gunung putri).

Selanjutnya setelah Subhan Arif menyampaikan kata sambutan, ada sahabat saya Firman (Biotek ITB) menyampaikan sharing-sharing nya terkait kehidupan saat dan pasca-campus. Beliau menyampaikan bahwa sangat beruntung bisa berada di lingkungan Salman khususnya KAMIL ini, karena dengan mengikuti kegiatan-kegiatannya atau tergabung ke dalam anggota KAMIL, beliau merasakan kehidupan yang lebih positif, lebih bermakna, dan bisa menghilangkan rasa jenuh dari bangku perkuliahan. Nah saya juga mengagumi sosok beliau yang ramah (orang sunda), pintar (fast track program), rendah hati, dan juga agamis. Nah yang paling berkesan bagi saya adalah kepribadian dia yang agamis dan juga rendah hati. Beliau tidak pernah menunjukan kepintarannya, hanya saja ketika ada orang yang membutuhkan atau meminta sesuatu, beliau dengan rendah hatinya baru menunjukkan hal itu. Sebagai contoh ketika saya bersama Firman dalam sebuah kegiatan LMD 190, beliau menjadi imam sholat qiyamullail ketika yang lain tidak ada bersedia, dan siapa sangka ketika sholat itu, beliau membacakan surat yang cukup panjang hingga jamaah yang lain termasuk saya tersentuh dengan bacaan tersebut bahkan banyak diantara jamaah menangis karena mendengarkan lantunan pembacaannya yang sangat dihayati. Beliau juga menilai KAMIL itu adalah sesuatu yang berharga sehingga dia menyempatkan hadir di acara Syukwis KAMIL 2019 meskipun menempuh jarak yang cukup jauh dari Jatinangor ke Ganesha.  Sangat beruntung bagi saya bisa mengenal sosok beliau yang sangat ramah sekaligus cerdas, semoga di lain ke sempatan saya bisa bertemu lagi. Kurang lebih sekitar 20 menit beliau sharing, tibalah saatnya saya diundang ke depan untuk mengisi sharing di sesi ke dua.

Sebenernya saya belum siap menyampaikan sesuatu yang inspiratif bagi teman – teman KAMIL, karena ‘da aku mah apa atuh’ yang punya pengalaman baru seumur jangung. Tapi karena sudah menyandang sebagai alumni, jadi saya diminta panitia untuk sharing terkait kehidupan pascasarjana. Sharing pun saya awali dengan menceritakan kenapa saya bisa berada di ITB padahal dulu saat duduk di bangku SMA saya mengambil jurusan IPS yang tidak ada sangkut pautnya dengan ITB yang mayoritas dari jurusan IPA. Kemudian saya menceritakan perjuangan masuk ITB, kuliah sambil kerja, juga tergabung dalam organisasi KAMIL selama dua periode hingga memegang amanah jabatan sebagai Kepala Departemen Media. Setelah itu saya juga berbagi cerita bagaimana kehidupan saya pasca kampus yakni setelah lulus S2 saya berusaha untuk mengikuti seleksi CPNS 2018 yang sampai pada tahap akhir saya dinyatakan lulus CPNS 2018. Meskipun cerita sederhana, tapi alhamdulillah setidaknya saya bisa berbagi cerita manis-pahitnya hidup. Di tengah-tengah saya menjelaskan perjalanan seleksi CPNS 2018, ternyata ada salah satu peserta yang berasal dari ASN Kemenperin, sehingga saat saya menjelaskan istilah atau tahap-tahap seleksi beliau merespon saya dengan memberikan konklusi-konklusinya. Pada sesi akhir, saya juga sharing bahwa sekecil apapun peluang, alangkah baiknya harus kita ambil, karena dengan itu kita akan berusaha belajar dan tentunya kita bisa berkembang.

Nah kurang lebih sharing dari saya sekitar 20 menit, setelah itu panitia menutup serangkaian acara yang dilanjutkan dengan makan-makan yang sudah disediakan.

-------------------------------------------------------part 3------------------------------------------------------------

Tidak lama dari penutupan acara Syukuran Wisuda KAMIL, saya mendapatkan pesan whatsapp bahwa minuman yang saya beli untuk teman-teman jurusan sangat tepat ketika mereka kehausan karena sudah foto-foto di beberapa tempat. Sehingga katanya sangat berterimakasih karena sudah memberikan sesuatu (minuman tersebut) di saat waktu yang pas, yakni ketika mereka kehausan. Alhamdulillah hati saya berkata setelah membaca pesan whatsapp tersebut, ternyata untuk membuat oranglain itu bahagia, tidak usah mengeluarkan banyak uang, cukup menyediakan apa yang mereka butuhkan.  Setelah itu mereka pun menghampiri saya di Selasar Masjid Salman untuk memberikan kamera yang saya pinjamkan tadi, dan mereka juga sangat berterimakasih karena file foto-fotonya bagus dan bisa langsung mereka copy.

Nah pelajaran yang saya dapatkan adalah untuk membuat orang lain bahagia adalah bisa dimulai dengan hal-hal yang sederhana.



31 Mar 2019

Sepotong Episode Cerita Hidup; Kuliah di ITB dan mengikuti Seleksi CPNS 2018

Nah kali ini saya akan sharing bagaimana awal mula saya berada di ITB ini.
Perjuangan masuk ITB
Tidak ada yang menyangka saya berada di kampus terbaik ini karena saya SMA dari jurusan IPS jauh sekali dengan per-teknikan, kemudian setelah lulus SMA saya melanjutkan studi ke UPI mengambil jurusan manajemen resort dan leisure atau manajemen kepariwisataan, nah setelah saya lulus dari UPI tersebut saya melihat adanya jurusan pariwisata di ITB di bawah Sekolah Arsitektur Perencanaan Pengembangan Kebijakan, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan studi s2 saya ke kampus ITB dengan jurusan Perencanaan Kepariwisataan.
Jujur tidak mudah bagi seorang yang lulusan IPS seperti saya untuk mengerjakan soal TPA Bappenas, pada saat itu saya harus mengulang 2 kali agar bisa lulus passing grade yang telah ditentukan dengan skor 475. Setelah 2x test itu dengan izin allah akhirnya saya lulus dan di terima di ITB pada tahun ajaran 2016 genap.

Survive kuliah di ITB
Di awal saya mengikuti perkuliahan di ITB, saya sempat kaget karena anak yang baru masuk di semester genap, harus mengikuti mata kuliah yang ganjil, sehingga ketika yang ganjil mempelajari dari stage 1 lanjut ke stage 2, maka yang genap harus langsung belajar dari stage 2 kemudian ke stage 1.
Kuliah di pascasarjana ITB ini kita ditempatkan seperti mahasiswa reguler S1, jadwal kuliahnya ada tiap hari, bahkan ruang kelasnya pun berbagi. Maka dari itu saya memutuskan untuk bergabung pada organisasi pascasarjana ITB yang bernama KAMIL (Keluarga Mahasiswa Islam) Pascasarjana ITB 2017.
Pada saat itu niat saya adalah untuk memperbanyak relasi, karena kuliah pasca di ITB ini cenderung lebih sedikit SKSnya dibanding S1 dahulu, jadi saya memutuskan untuk bergabung dalam keanggotaan KAMIL 2017 ditempatkan di departemen Syiar dan Pelayanan.
Pada saat itu saya merasa yang paling junior di departemen Syiar dan Pelayanan karena yang lain sudah banyak pengalaman organisasi keislamannya, sehingga kalau ada diskusi terkait itu mereka bisa memberikan pendapat-pendapatnya, lalu bagaimana dengan saya ? saya hanya menjadi pendengar yang baik alias diem saja, kalau sekiranya saya bisa kerjakan ya saya berkontribusi. Sampai-sampai saya diberikan penghargaan kategori anggota terdiam saat demisioner kepengurusan KAMIL 2017.
Nah perlahan-lahan dengan mengikuti keanggotaan Syiar dan Pelayanan ini saya mulai bisa membuka diri dan mulai menyerap bagaimana cara kita berinteraksi, berdakwah, melakukan hal baik, dsb. Intinya dengan tergabungnya KAMIL itu membentuk pola pikir saya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Setelah kurang lebih satu tahun di keanggotaan KAMIL 2017 akhirnya saya demisioner, dan pada saat itu pula tercetus niat saya adalah jika ada kesempatan lagi seperti ini, saya ingin tergabung kembali menjadi anggota KAMIL.  Dan saat itu juga Allah mencatat niat saya yang akhirnya saya diizinkan untuk tergabung di KAMIL 2018 sebagai kadep Media.
Jujur meskipun belum punya pengalaman di bidang media, tapi menurut saya ini adalah kesempatan yang tidak akan datang dua kali untuk saya belajar mengenai seluk beluk permediaan dalam organisasi, berteman dengan para orang-orang hebat baik di BPH, maupun di anggota media itu sendiri.
Maka dengan diberinya amanah itu saya jalankan dengan niat menjadi orang yang pembelajar dan bisa bermanfaat bagi orang lain, meskipun sedikit menantang di Media ini karena jobdesknya sangat banyak tetapi alhamdulillah saya bisa bertahan, dan dengan izin allah saya bisa survive kuliah di ITB sambil berorganisasi, mekipun kata orang2 di luar sana masuk dan keluar dari ITB itu susah, tetapi kalau kita ikhlas dan berusaha menjalaninya insyaaAllah akan ada jalan keluar.
Saya juga sempat bekerja di salah satu hotel bintang 4 yang lokasinya di Dago, pada saat itu saya berpikiran akan lebih baik jika saya mendapatkan pengalaman langsung di lapangan yang berkaitan dengan dunia pariwisata, maka saat itu saya mengambil keputusan untuk bekerja pada jam malam hari, di departemen night audit. Cukup menantang setelah saya mengambil pekerjaan ini, karena pagi sampai sore saya di kelas kuliah dan ikut organisasi KAMIL pada saat yang sama saya diamanahi sebagai panitia inti acara Adiwidya 5, setelah itu jam 11 malamnya saya harus bekerja sampai jam 7 pagi. Nah jam tidur pun ikut dirubah dari asalnya malam hari, menjadi sore setelah magrib atau isya sampai jam 10.
Tapi alhamdulillah dengan adanya keberanian seperti itu saya mendapatkan banyak pengalaman yang berharga bagi hidup saya, bisa kuliah, berorganisasi, dan bekerja sekaligus. 

Lulus ITB
Saya kuliah S2 di ITB selama kurang lebih 2 tahun, tepatnya 1 tahun 7 bulan, tapi kalau dilihat di SIX alhamdulillah tercatat 3 semester. Kenapa saya memutuskan untuk lulus cepat ? karena pada saat itu saya memaksa diri saya untuk lulus bulan oktober agar bertepatan dengan jadwal pembukaan CPNS 2018 :D

Setelah lulus dari ITB
Setelah saya lulus dari ITB, saya meniatkan untuk mengabdi sebagai pengajar, karena menurut saya pengajar itu memiliki keuntungan, yaitu ilmu kita akan bertambah dan juga bisa investasi amal jariah, karena kita mentransfer ilmu kepada orang lain. Nah, dengan izin Allah akhirnya saya dinyatakan lulus sebagai dosen pariwisata di Politeknik Negeri Jember, Jawa Timur dalam formasi CPNS Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tahun 2018.
Nah perjuangan untuk mengikuti seleksi test CPNS ini sangat luar biasa bagi saya, karena pada saat itu banyak teman-teman dari KAMIL yang baru lulus ujian sidang dan berkeinginan mengikuti seleksi CPNS 2018. Pada saat bulan september, aturan pertama yang menjadi rintangan bagi pelamar adalah harus menyertakan ijazah S2 nya, sedangkan kami yang baru menyelesaikan sidang akan mendapatkan ijazah pada saat wisuda bulan oktober. 
Nah singkat cerita teman-teman KAMIL dan S2 di ITB lainnya membuat group Whatsapp untuk meloby kepada rektor agar menyampaikan bahwa yang akan melamar formasi CPNS 2018 bisa menggunakan SKL (surat keterangan lulus), awalnya saya dan teman-teman pasrah saja karena biasanya aturan dari pusat itu sangat kaku dan saklek harus pakai ijazah, tetapi dengan izin Allah, rektor berusaha meloby orang Kementerian Ristekdikti yang pada akhirnya bisa menggunakan SKL sebagai syarat untuk melamar formasi CPNS 2018.
Tidak berhenti di titik itu, setelah saya menyerahkan semua persyaratan berserta berkasnya secara kumpit tanpa terlewat satu pun, tidak lama kemudian ada pengumuman bahwa saya dinyatakan tidak lolos administrasi karena dianggap tidak memenuhi persyaratan atau berkas yang diminta oleh Panselnas.
Di dalam hati, saya sempat bertanya kepada Allah, apakah ini belum jalan saya untuk tergabung dalam CPNS 2018. Tapi saya tidak berputus asa, sambil berusaha menerima kenyataan itu, saya mengambil jalan lain yaitu membantu proyek dosen s1 di UPI. Pada saat itu saya menjadi bagian panitia inti seminar internasional pariwisata yang bertugas membantu persiapan, mengatur segala sesuatu pada hari – H, sampai sesudahnya atau dengan kata lain saya membantu dari mulai pendaftaran peserta seminar, surat-menyurat, mengelola paper, hingga publish.
Nah di tengah2 kegiatan itu selalu terlintas pikiran dan perasaan kesel juga karena saya tidak bisa ikut ujian cpns dikarenakan tidak lulus administrasi, dan menurut saya itu adalah kesalahan panitia pusat, bukan kesalahan saya. Akhirnya saya tidak berdiam diri, saya ikhtiarkan untuk melaporkan kasus saya ke Lapor.go.id dan ombudsman terkait maladministrasi, dan ternyata kasus yang sama juga menimpa banyak orang bukan hanya saya saja, banyak diantara mereka yang menjadi korban bahkan selevel lulusan luar negeri bisa dinyatakan tidak lulus administrasi. 
Setelah ada perwakilan korban yang tidak lulus untuk mediasi ke kantor Ristekdikti nya, tidak lama kemudian ada pengumuman batch 2 untuk mengikuti test kepampuan dasar CPNS di kantor BKD (badan kepegawaian daerah bandung) yang salah satu pesertanya tertera nama saya.
Akhirnya saya mengikuti test tersebut, dan ternyata hasilnya saya mendapatkan skor yang tidak diharapkan, yaitu dari 3 aspek yang diujikan, saya hanya berhasil lolos 1 aspek saja yaitu test wawasan kebangsaan (TWK), sisanya test intelegensi umum (TIU) dan tes kepribadian (TKP) nilainya di bawah passing grade alias belum lulus. Dan saat itu juga saya berfikir ternyata mungkin Allah masih belum mengizinkan saya untuk menjadi ASN.
Di tengah-tengah perjalanan setelah test tersebut, ternyata BKN (badan kepegawaian nasional) merevisi peraturan indikator penilaiannya, yang tadinya passingrade ditetapkan per aspek, menjadi keseluruhan nilai test. Dan dengan izin Allah akhirnya saya dinyatakan lolos (P2L) untuk melanjutkan ke tahap berikutnya karena hasil skor saya melebihi dari keseluruhan nilai test yang telah di tentukan oleh BKN. Maka saya berhak melanjutkan ke tahap test kemampuan bidang yang harus datang ke kampus tujuan, pada saat itu saya pilih kampus Polije (Politeknik Negeri Jember) di Jawa Timur.
Nah pada saat itu test kemampuan bidang pada tanggal 12 Desember 2018 bertepatan dengan hari H-nya seminar internasional pariwisata UPI. Saya sebagai panitia inti jujur sangat tidak enak meninggalkan kerjaan, apalagi dosen yang meberi amanah kepada saya sangat baik dan akrab. Akhirnya saya memberanikan diri untuk berbicara ke beliau dan dengan seingat saya beliau membalas seperti ini; ‘’Kalau sudah rezekinya kamu di sana mal, ambil dan berusaha ya. Semoga lolos testnya. Gapapa seminar ini akan tetap jalan, karena akan dibackup oleh beberapa orang’’. 
Dengan mendapatkan izin dari beliau, akhirnya saya langsung berangkat ke Jember dan mengikuti test kemampuan bidang. Alhamdulillah dari tiga aspek yang diujikan saya mendapatkan nilai yang bagus menurut saya, tidak ada yang mengecewakan dari mulai test soal2 kepariwisataan, wawancara, dan micro teaching. Dan setelah berganti tahun akhirnya pengumuman final dipost di web Risetdikti yang diyatakan nama saya lulus dengan tidak adanya pesaing dalam formasi yang saya ambil :D
Lalu pertanyaannya kenapa sampai sekarang masih di Bandung belum juga ke Jember ? karena masih menunggu penetapan NIP (No Induk Pegawai) dari BKN, sehingga setelah adanya NIP maka akan langsung berangkat ke Jember.

Hikmah
Kita harus berbaik sangka kepada Allah swt, jangan patah semangat kalau kita gagal dan kalau ada peluang sikat saja alias ambil saja untuk menambah pengalaman kita.
Jangan berhenti juga bergaul dengan orang-orang sholeh/sholehah, dan yang terakhir menjadi salah satu yang terpenting adalah jangan putus meminta doa dari orang tua (ibu dan ayah), karena dengan doanya lah kita bisa meraih apa yang kita butuhkan.

Anugrah terindah

Sabtu, 3 Juni 2023 adalah hari di mana yang tidak pernah terlupakan, karena anugrah itu datang, putra pertama kami lahir.  Semoga menjadi an...