23 Des 2019

Pengalaman Naik Kereta Api dari Stasiun Jember ke Stasiun Bandung



Adanya tanggal merah 24 & 25 di bulan Desember merupakan kesempatan bagi saya untuk meminta izin pulang ke Bandung. Saya memutuskan pulang ke Bandung karena ingin bertemu dengan keluarga dan sohib-sohib, mengingat domisili saya sekarang pindah ke Jember jadi momen libur ini saya manfaatkan dengan baik. Persiapan saya mulai H-30 dari tanggal keberangkatan, karena saya mengantisipasi habisnya tiket kereta mengingat tanggal tersebut merupakan high season, sehingga tiket kereta yang murah akan cepat habis. Saya memutuskan untuk naik kereta api karena menurut saya dengan perjalanan jauh akan terasa lebih nyaman daripada menggunakan mobil atau bus. Rencana saya akan pergi menuju bandung pada hari Jumat, tanggal 20 Desember 2019 dan sesampainya di Bandung pada hari Sabtu pagi, tanggal 21 Desember 2019. Ohya untuk kereta api dari Jember menuju Bandung tidak ada yang langsung atau direct, melainkan harus transit di Surabaya. 

Dari Stasiun Jember (JR) saya menggunakan kereta api Sri Tanjung tujuan ke Surabaya (Stasiun Surabaya Gubeng / SGU) dengan jadwal keberangkatan 09:13 WIB dan sampai tujuan pukul 13:05 WIB, artinya total lama perjalanan 3 jam 52 menit. Kereta api Sri Tanjung ini merupakan kelas ekonomi, duduknya saling berhadapan dan biaya tiketnya sebesar Rp 88.000. Saya dapat kursi di EKO-3 / 22D, sangat disayangkan karena posisi di kursi tersebut menjadi mundur ketika kita melihat pemandangan, tapi tidak masalah karena di Kereta meskipun posisi duduk menjadi mundur tidak membuat kita mual.

Sesampainya di Stasiun Surabaya Gubeng pada pukul 13:05, saya harus transit dan pindah ke Stasiun Surabaya Pasar Turi (SBI), karena saya memilih kereta Harina untuk melanjutkan perjalanan ke Bandung. Jadwal kereta Harina tepat pada pukul 16.50 sehingga ada waktu luang sekitar 3 jam. Saya memanfaatkan waktu luang tersebut untuk sholat dan makan siang di restoran SS Surabaya. Ohya jarak Stasiun Surabaya Gubeng ke Stasiun Surabaya Pasar Turi adalah kurang lebih hampir 5km dan estimasi waktunya sekitar 20 menit (Surabaya cukup Macet). Untuk mobilisasi menuju stasiun Surabaya Pasar Turi dari Stasiun Surabaya Gubeng saya menggunakan transportasi online.

Saya memutuskan untuk datang ke Stasiun Surabaya Pasar Turi (SBI) 50 menit lebih awal dari waktu keberangkatan yakni pukul 16.50. Stasiun ini merupakan kali pertama saya berkunjung dan saya merasakan stasiun ini masih sangat baru kondisinya dan beberapa ada yang masih direnovasi, hal itu terlihat dari ada beberapa proyek yang masih dikerjakan. Saat memasuki ruang tunggu untuk naik kereta Harina menurut saya cukup nyaman, ruangannya dilengkapi AC dan kursinya cukup banyak dan empuk. Setibanya kereta Harina sampai di Stasiun Surabaya Pasar Turi pukul 16.20 (30 menit lebih awal), saya langsung  menuju kereta dengan no tempat duduk Ekonomi Premium 2 / 2C. 


Kereta api Harina ini menghubungakan tujuan akhir ke Stasiun Bandung, dengan jadwal keberangkatan dari Stasiun Surabaya Pasar Turi (SBI) pukul 16.50 WIB hingga sampai ke Statsiun Bandung pukul 04:31 WIB, artinya total waktu perjalanan 11 jam 41 menit. Adapun biaya tiket kereta Harina ini cukup mahal yakni Rp 380.000, dengan biaya yang cukup mahal teresebut untungnya terbayarkan dengan kursi yang cukup nyaman (empuk dan bisa reclining), waktu tempuh yang lebih cepat (karena melewati jalur utara), kondisi wc yang bersih, dan pengaturan suhu AC yang pas (tidak terlalu dingin). Untuk kursi saya kembali mendapatkan posisi yang mundur ketika kita melihat pemandangan, tapi saat tiba di Stasiun Cikampek ternyata lokomotifnya berubah posisi, sehingga saya bisa merasakan maju ke depan ketika melihat pamandangan. Kereta Harina ini berlari cukup kencang, saya menggunakan aplikasi digiHUD (speedometer) tercatatkan kecepatan laju tembus 117.6 km/h, saya rasa karena kondisi rel di bagian utara selain sudah jalur ganda, juga relatif lurus tidak berkelok-kelok seperti jalur di selatan.

Kesimpulan perjalanan dari Jember ke Bandung dengan menggunakan kereta menghabiskan waktu kurang lebih 20 jam (termasuk datang lebih awal ke stasiun dan transit). Untuk biaya tiket yang dikeluarkan adalah biaya kereta Sri Tanjung Rp 88.000 dan biaya kereta Harina Rp 380.000 sehingga totalnya Rp 468.000. Persiapkan juga aplikasi transportasi online untuk mobilitas dari Stasiun Surabaya Gubeng (SGU) ke Stasiun Surabaya Pasar Turi (SBI). 

15 Des 2019

Pengalaman menjadi seorang pengajar #2

Secara tidak langsung, Ibu saya memberikan pengaruh yang besar bagi saya untuk menjadi seorang pengajar. Hampir setiap hari ia selalu bercerita tentang suka dukanya menjalani profesi pahlawan tanpa jasa. Ia juga bercerita kelak kalau kamu bekerja harus melebihi pekerjaan ibumu sebagai guru sekolah dasar. Alhamdulillah ternyata doa Ibu terkabul bahwa anaknya bisa menjadi pengajar di salah satu perguruan tinggi negeri.

Sekarang saya bisa merasakan bahwa menjadi seorang pengajar itu tidak hanya sekedar mengajar tentang apa yang sudah diketahui, melainkan banyak hal yang perlu dipersiapkan dan diperhatikan. Mulai dari perencanaan materi, metode, referensi, hingga penilaian dan evaluasi. Segalanya harus dipersiapkan dengan baik. Itu semua hanya dalam lingkup pengajaran. Di perguruan tinggi, seorang pengajar juga harus dituntut untuk memenuhi penelitian dan pengabdian, sehingga terlihat berbeda seseorang yang mengajar di jenjang pendidikan dasar, pertama, menengah, dengan pengajar di jenjang perguruan tinggi. Menjadi pengajar di jenjang perguruan tinggi selain amanahnya cukup banyak, pertanggungjawabannya pun cukup besar. Diantaranya adalah membimbing mahasiswa dalam hal akademik dan non-akademik. Dalam hal akademik, pengajar harus mempunyai wawasan yang luas tentang topik yang banyak diteliti. Kemudian dalam hal non-akademik, pengajar harus mempunyai sikap dan karakter yang profesional, menjadi contoh bagi mahasiswanya.

Menjadi seorang pengajar jangan berharap banyak tentang hak (gaji) yang diterima setiap bulannya. Jika dibandingkan dengan orang yang bekerja di industri, bisa dibilang akan sangat jauh perbedaan penerimaan gaji nya, mungkin bisa dua kali lipat atau lebih dari itu. Jadi jika dari awal tujuan bekerja untuk mendapatkan gaji yang besar, maka pilihlah pekerjaan selain profesi pengajar. Pengajar bukan hanya dituntut untuk mentransfer ilmu, tapi juga dituntut untuk sabar. Dalam hal sabar, tentu nya ada batasnya, yakni seorang pengajar harus kreatif dan inovatif dalam mencari peluang pundi-pundi rupiah agar bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Tidak ada yang instan, semua butuh proses. Jalani, Nikmati, Syukuri.

5 Des 2019

Pengalaman menjadi seorang pengajar #1



Mahasiswa sedang praktikum di Lab Komputer



Tidak pernah terfikirkan pada saat saya kecil dahulu berkeinginan sebagai seorang pengajar. Dari kecil saya justru berkeinginan menjadi seorang pengusaha, apapun itu jenis usaha nya yang penting bisa berjualan. Waktu berlalu begitu cepat hingga akhirnya saat saya duduk di bangku perkuliahan, saya merubah pikiran dan cita-cita. Awalnya saya tertarik dengan dunia bisnis, namun lama-kelamaan setelah belajar dan mempraktikan bisnis, ternyata di dalam hati saya yang paling dalam berkata bahwa saya tidak passionate menjadi seorang pebisnis atau pengusaha. Semakin dipikirkan, saya menemukan jawaban kenapa saya tidak passionate menjadi seorang pebisnis atau pengusaha, yakni diantaranya saya tidak cukup percaya diri, tidak mau mengambil resiko yang besar, tidak punya modal yang cukup, dan channel terbatas. Tidak banyak pengalaman bisnis saya, tapi setidaknya saya tahu dan pernah mencoba untuk bisnis kecil-kecilan, diantaranya adalah jasa cetak foto, penjual jus di car free day, penjual boneka wisuda, penjual balon huruf, penjual dorayaki, dan terkahir sebagai desainer poster.

Setelah mencoba semua itu, sebetulnya saya ketagihan dan tidak ingin berhenti berbisnis. Namun karena saya susah menemukan orang yang punya visi yang sama dengan saya, akhirnya saya memutuskan untuk tidak melanjutkannya lagi sebagai seorang pebisnis.

Singkat cerita, di masa perkuliahan saya sering sekali berinteraksi dengan para dosen, karena kerap kali saya diberi amanah sebagai ketua kelompok, ketua kelas, dan koordinator praktikum yang itu semua membutuhkan komunikasi atau koordinasi dengan para dosen, sehingga terjadilah interaksi yang cukup intens dengan dosen. Seiring banyaknya interaksi dengan dosen, itulah awal mula saya mulai menyukai dunia pengajaran, ingin bercita-cita sebagai pengajar, dan tidak melanjutkan bisnis.
Kenapa demikian ? saya menilai menjadi seorang pengajar adalah suatu kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. Kebaikan bagi diri sendiri adalah dengan selalu memperbaharui keilmuan dan juga memperbaiki sikap. Dan kebaikan bagi orang lain adalah menjadikan murid-muridnya yang asalnya tidak tahu menjadi tahu, kemudian menjadi paham, dan bisa berubah menjadi lebih baik.

Ada hadits yang mengatakan sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain, hal tersebut tentu sangat sejalan dengan seorang Pengajar, ia dapat menjadi orang yang bermanfaat di tengah-tengah masyarakat karena ilmu yang dimilikinya.

Hal menarik lainnya yang saya nilai dari seorang pengajar adalah selalu berinteraksi dengan orang-orang berilmu, dimana hal tersebut tentu akan menciptakan lingkungan yang positif. Hal positif datang dari sharing ide, pengetahuan, dan juga pengalaman. Tentu obrolan yang dibicarakannya akan selalu berbobot. Seorang pengajar selain berinteraksi dengan orang berilmu, mereka juga akan berinteraksi dengan beragam macam karakter dan status sosial, sehingga hal tersebut akan menambah wawasan dan terciptanya hubungan yang tidak terbatas dengan orang lain.

Berdasarkan hal-hal yang sudah saya tuliskan tersebut, akhirnya saya memutuskan diri untuk menjadi seorang pengajar. Alhamdulillaah setelah menamatkan perkuliahan, saya diberikan kesempatan oleh Allah SWT menjadi seroang pengajar di salah satu PTN, di Jawa Timur.

Meskipun usia saya tergolong paling muda untuk menjadi seorang dosen, saya rasa perlu banyak sekali hal-hal yang harus dipelajari, yaitu dari segi keilmuan, sikap, komunikasi, dsb. Pengalaman menjadi seorang pengajar menurut saya yang baru saja berkecimpung di dunia pendidikan adalah harus senantiasa memposisikan diri sebagai orang yang mempunyai keahlian di suatu bidang, orang yang mampu mentransfer ilmu pengetahuan kepada para mahasiswanya, orang yang mampu menuliskan karya ilmiah, orang yang mampu berkomunikasi dengan masyarakat sekitar ataupun rekan kerja. Menjadi seorang pengajar juga harus ikhlas menanggung apa yang yang menjadi hak dan kewajibannya. Jangan samakan dengan profesi lain yang tentu bisa lebih hijau rumputnya. Menjadi seorang pengajar harus siap menuntut ilmu yang tidak ada habisnya dan mengejar target-target untuk menunjang karirnya. Menjadi seorang pengajar juga harus siap untuk memperbaiki diri sendiri dan lingkungan sekitar. Menjadi seorang pengajar akan mempunyai kepuasan tersendiri ketika apa yang kita ajarkan dapat dimengerti oleh muridnya.

Dalam dekat ini, saya bertekad akan memfokuskan menjadi seorang pengajar yang profesional di bidangnya, membidik beasiswa untuk bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Namun tidak menutup kemungkinan saya akan berbisnis jika ada kesempatan 😁.


Sebagai penutup, terdapat tiga amalan yang pahalanya yang tidak terputus saat di akhirat kelak, yakni; amal jariyah, doa anak yang shaleh, dan ilmu yang bermanfaat. Semoga menjadi seorang pengajar menjadikan kita mendapatkan amal yang tidak terputus di akhirat kelak karena selalu mengajarkan ilmu yang bermanfaat.

Anugrah terindah

Sabtu, 3 Juni 2023 adalah hari di mana yang tidak pernah terlupakan, karena anugrah itu datang, putra pertama kami lahir.  Semoga menjadi an...