31 Mar 2019

Sepotong Episode Cerita Hidup; Kuliah di ITB dan mengikuti Seleksi CPNS 2018

Nah kali ini saya akan sharing bagaimana awal mula saya berada di ITB ini.
Perjuangan masuk ITB
Tidak ada yang menyangka saya berada di kampus terbaik ini karena saya SMA dari jurusan IPS jauh sekali dengan per-teknikan, kemudian setelah lulus SMA saya melanjutkan studi ke UPI mengambil jurusan manajemen resort dan leisure atau manajemen kepariwisataan, nah setelah saya lulus dari UPI tersebut saya melihat adanya jurusan pariwisata di ITB di bawah Sekolah Arsitektur Perencanaan Pengembangan Kebijakan, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan studi s2 saya ke kampus ITB dengan jurusan Perencanaan Kepariwisataan.
Jujur tidak mudah bagi seorang yang lulusan IPS seperti saya untuk mengerjakan soal TPA Bappenas, pada saat itu saya harus mengulang 2 kali agar bisa lulus passing grade yang telah ditentukan dengan skor 475. Setelah 2x test itu dengan izin allah akhirnya saya lulus dan di terima di ITB pada tahun ajaran 2016 genap.

Survive kuliah di ITB
Di awal saya mengikuti perkuliahan di ITB, saya sempat kaget karena anak yang baru masuk di semester genap, harus mengikuti mata kuliah yang ganjil, sehingga ketika yang ganjil mempelajari dari stage 1 lanjut ke stage 2, maka yang genap harus langsung belajar dari stage 2 kemudian ke stage 1.
Kuliah di pascasarjana ITB ini kita ditempatkan seperti mahasiswa reguler S1, jadwal kuliahnya ada tiap hari, bahkan ruang kelasnya pun berbagi. Maka dari itu saya memutuskan untuk bergabung pada organisasi pascasarjana ITB yang bernama KAMIL (Keluarga Mahasiswa Islam) Pascasarjana ITB 2017.
Pada saat itu niat saya adalah untuk memperbanyak relasi, karena kuliah pasca di ITB ini cenderung lebih sedikit SKSnya dibanding S1 dahulu, jadi saya memutuskan untuk bergabung dalam keanggotaan KAMIL 2017 ditempatkan di departemen Syiar dan Pelayanan.
Pada saat itu saya merasa yang paling junior di departemen Syiar dan Pelayanan karena yang lain sudah banyak pengalaman organisasi keislamannya, sehingga kalau ada diskusi terkait itu mereka bisa memberikan pendapat-pendapatnya, lalu bagaimana dengan saya ? saya hanya menjadi pendengar yang baik alias diem saja, kalau sekiranya saya bisa kerjakan ya saya berkontribusi. Sampai-sampai saya diberikan penghargaan kategori anggota terdiam saat demisioner kepengurusan KAMIL 2017.
Nah perlahan-lahan dengan mengikuti keanggotaan Syiar dan Pelayanan ini saya mulai bisa membuka diri dan mulai menyerap bagaimana cara kita berinteraksi, berdakwah, melakukan hal baik, dsb. Intinya dengan tergabungnya KAMIL itu membentuk pola pikir saya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Setelah kurang lebih satu tahun di keanggotaan KAMIL 2017 akhirnya saya demisioner, dan pada saat itu pula tercetus niat saya adalah jika ada kesempatan lagi seperti ini, saya ingin tergabung kembali menjadi anggota KAMIL.  Dan saat itu juga Allah mencatat niat saya yang akhirnya saya diizinkan untuk tergabung di KAMIL 2018 sebagai kadep Media.
Jujur meskipun belum punya pengalaman di bidang media, tapi menurut saya ini adalah kesempatan yang tidak akan datang dua kali untuk saya belajar mengenai seluk beluk permediaan dalam organisasi, berteman dengan para orang-orang hebat baik di BPH, maupun di anggota media itu sendiri.
Maka dengan diberinya amanah itu saya jalankan dengan niat menjadi orang yang pembelajar dan bisa bermanfaat bagi orang lain, meskipun sedikit menantang di Media ini karena jobdesknya sangat banyak tetapi alhamdulillah saya bisa bertahan, dan dengan izin allah saya bisa survive kuliah di ITB sambil berorganisasi, mekipun kata orang2 di luar sana masuk dan keluar dari ITB itu susah, tetapi kalau kita ikhlas dan berusaha menjalaninya insyaaAllah akan ada jalan keluar.
Saya juga sempat bekerja di salah satu hotel bintang 4 yang lokasinya di Dago, pada saat itu saya berpikiran akan lebih baik jika saya mendapatkan pengalaman langsung di lapangan yang berkaitan dengan dunia pariwisata, maka saat itu saya mengambil keputusan untuk bekerja pada jam malam hari, di departemen night audit. Cukup menantang setelah saya mengambil pekerjaan ini, karena pagi sampai sore saya di kelas kuliah dan ikut organisasi KAMIL pada saat yang sama saya diamanahi sebagai panitia inti acara Adiwidya 5, setelah itu jam 11 malamnya saya harus bekerja sampai jam 7 pagi. Nah jam tidur pun ikut dirubah dari asalnya malam hari, menjadi sore setelah magrib atau isya sampai jam 10.
Tapi alhamdulillah dengan adanya keberanian seperti itu saya mendapatkan banyak pengalaman yang berharga bagi hidup saya, bisa kuliah, berorganisasi, dan bekerja sekaligus. 

Lulus ITB
Saya kuliah S2 di ITB selama kurang lebih 2 tahun, tepatnya 1 tahun 7 bulan, tapi kalau dilihat di SIX alhamdulillah tercatat 3 semester. Kenapa saya memutuskan untuk lulus cepat ? karena pada saat itu saya memaksa diri saya untuk lulus bulan oktober agar bertepatan dengan jadwal pembukaan CPNS 2018 :D

Setelah lulus dari ITB
Setelah saya lulus dari ITB, saya meniatkan untuk mengabdi sebagai pengajar, karena menurut saya pengajar itu memiliki keuntungan, yaitu ilmu kita akan bertambah dan juga bisa investasi amal jariah, karena kita mentransfer ilmu kepada orang lain. Nah, dengan izin Allah akhirnya saya dinyatakan lulus sebagai dosen pariwisata di Politeknik Negeri Jember, Jawa Timur dalam formasi CPNS Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tahun 2018.
Nah perjuangan untuk mengikuti seleksi test CPNS ini sangat luar biasa bagi saya, karena pada saat itu banyak teman-teman dari KAMIL yang baru lulus ujian sidang dan berkeinginan mengikuti seleksi CPNS 2018. Pada saat bulan september, aturan pertama yang menjadi rintangan bagi pelamar adalah harus menyertakan ijazah S2 nya, sedangkan kami yang baru menyelesaikan sidang akan mendapatkan ijazah pada saat wisuda bulan oktober. 
Nah singkat cerita teman-teman KAMIL dan S2 di ITB lainnya membuat group Whatsapp untuk meloby kepada rektor agar menyampaikan bahwa yang akan melamar formasi CPNS 2018 bisa menggunakan SKL (surat keterangan lulus), awalnya saya dan teman-teman pasrah saja karena biasanya aturan dari pusat itu sangat kaku dan saklek harus pakai ijazah, tetapi dengan izin Allah, rektor berusaha meloby orang Kementerian Ristekdikti yang pada akhirnya bisa menggunakan SKL sebagai syarat untuk melamar formasi CPNS 2018.
Tidak berhenti di titik itu, setelah saya menyerahkan semua persyaratan berserta berkasnya secara kumpit tanpa terlewat satu pun, tidak lama kemudian ada pengumuman bahwa saya dinyatakan tidak lolos administrasi karena dianggap tidak memenuhi persyaratan atau berkas yang diminta oleh Panselnas.
Di dalam hati, saya sempat bertanya kepada Allah, apakah ini belum jalan saya untuk tergabung dalam CPNS 2018. Tapi saya tidak berputus asa, sambil berusaha menerima kenyataan itu, saya mengambil jalan lain yaitu membantu proyek dosen s1 di UPI. Pada saat itu saya menjadi bagian panitia inti seminar internasional pariwisata yang bertugas membantu persiapan, mengatur segala sesuatu pada hari – H, sampai sesudahnya atau dengan kata lain saya membantu dari mulai pendaftaran peserta seminar, surat-menyurat, mengelola paper, hingga publish.
Nah di tengah2 kegiatan itu selalu terlintas pikiran dan perasaan kesel juga karena saya tidak bisa ikut ujian cpns dikarenakan tidak lulus administrasi, dan menurut saya itu adalah kesalahan panitia pusat, bukan kesalahan saya. Akhirnya saya tidak berdiam diri, saya ikhtiarkan untuk melaporkan kasus saya ke Lapor.go.id dan ombudsman terkait maladministrasi, dan ternyata kasus yang sama juga menimpa banyak orang bukan hanya saya saja, banyak diantara mereka yang menjadi korban bahkan selevel lulusan luar negeri bisa dinyatakan tidak lulus administrasi. 
Setelah ada perwakilan korban yang tidak lulus untuk mediasi ke kantor Ristekdikti nya, tidak lama kemudian ada pengumuman batch 2 untuk mengikuti test kepampuan dasar CPNS di kantor BKD (badan kepegawaian daerah bandung) yang salah satu pesertanya tertera nama saya.
Akhirnya saya mengikuti test tersebut, dan ternyata hasilnya saya mendapatkan skor yang tidak diharapkan, yaitu dari 3 aspek yang diujikan, saya hanya berhasil lolos 1 aspek saja yaitu test wawasan kebangsaan (TWK), sisanya test intelegensi umum (TIU) dan tes kepribadian (TKP) nilainya di bawah passing grade alias belum lulus. Dan saat itu juga saya berfikir ternyata mungkin Allah masih belum mengizinkan saya untuk menjadi ASN.
Di tengah-tengah perjalanan setelah test tersebut, ternyata BKN (badan kepegawaian nasional) merevisi peraturan indikator penilaiannya, yang tadinya passingrade ditetapkan per aspek, menjadi keseluruhan nilai test. Dan dengan izin Allah akhirnya saya dinyatakan lolos (P2L) untuk melanjutkan ke tahap berikutnya karena hasil skor saya melebihi dari keseluruhan nilai test yang telah di tentukan oleh BKN. Maka saya berhak melanjutkan ke tahap test kemampuan bidang yang harus datang ke kampus tujuan, pada saat itu saya pilih kampus Polije (Politeknik Negeri Jember) di Jawa Timur.
Nah pada saat itu test kemampuan bidang pada tanggal 12 Desember 2018 bertepatan dengan hari H-nya seminar internasional pariwisata UPI. Saya sebagai panitia inti jujur sangat tidak enak meninggalkan kerjaan, apalagi dosen yang meberi amanah kepada saya sangat baik dan akrab. Akhirnya saya memberanikan diri untuk berbicara ke beliau dan dengan seingat saya beliau membalas seperti ini; ‘’Kalau sudah rezekinya kamu di sana mal, ambil dan berusaha ya. Semoga lolos testnya. Gapapa seminar ini akan tetap jalan, karena akan dibackup oleh beberapa orang’’. 
Dengan mendapatkan izin dari beliau, akhirnya saya langsung berangkat ke Jember dan mengikuti test kemampuan bidang. Alhamdulillah dari tiga aspek yang diujikan saya mendapatkan nilai yang bagus menurut saya, tidak ada yang mengecewakan dari mulai test soal2 kepariwisataan, wawancara, dan micro teaching. Dan setelah berganti tahun akhirnya pengumuman final dipost di web Risetdikti yang diyatakan nama saya lulus dengan tidak adanya pesaing dalam formasi yang saya ambil :D
Lalu pertanyaannya kenapa sampai sekarang masih di Bandung belum juga ke Jember ? karena masih menunggu penetapan NIP (No Induk Pegawai) dari BKN, sehingga setelah adanya NIP maka akan langsung berangkat ke Jember.

Hikmah
Kita harus berbaik sangka kepada Allah swt, jangan patah semangat kalau kita gagal dan kalau ada peluang sikat saja alias ambil saja untuk menambah pengalaman kita.
Jangan berhenti juga bergaul dengan orang-orang sholeh/sholehah, dan yang terakhir menjadi salah satu yang terpenting adalah jangan putus meminta doa dari orang tua (ibu dan ayah), karena dengan doanya lah kita bisa meraih apa yang kita butuhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda :

Anugrah terindah

Sabtu, 3 Juni 2023 adalah hari di mana yang tidak pernah terlupakan, karena anugrah itu datang, putra pertama kami lahir.  Semoga menjadi an...