11 Feb 2016

Singapore ! I'm Comming...




Merlion Park
          Ya, meski sudah mainstream, tapi honestly di umur ke 20 tahun ini saya baru menginjakan kaki di negara orang, Singapore. Negara yang tidak lebih luas dari Kabupaten Bandung. Pertama kali saya ke Singapore, saya tiba di Pelabuhan Tanah Merah sekitar jam 11 am dan langsung jalan menuju imigrasi Singapore yang berada di dalam gedung pelabuhan tersebut. Sampai di sana saya menunjukan passport dan ktp untuk pemeriksaan. Dari jumlah total 7 orang , hanya saya dan dewi yang lolos pada pemeriksaannya, (mungkin  saya dan si dewi punya chemistry petugas imigrasinya apaan sih), dan 5 orang temen saya (Vero, Ipong, Fakhri, Tania, Butet) diperiksa dan dicek ulang oleh petugas yang berada di samping pinggir. Sekitar 10 menitan akhirnya dipersilahkan untuk keluar dari pemeriksaan dan bisa melanjutkan perjalanan. (hati-hati jangan mengambil foto sembarangan saat pemeriksaan di imigrasi, ada fine nya).


SBS Transit
Ketika saya dan temen-temen sudah keluar dari gedung pelabuhan tersebut, saya dan teman - teman langsung merasa kebingungan untuk mencari kendaraan transportasi publik. Kalo di Indo sih banyak taxi yang menawarkan/berjajar, disana hanya ada beberapa taxi dan ternyata setelah menanyakan ke supir taxi untuk mebawa kami ke pusat kota harga yang ditawarkan mahal sekali, katanya $s 50 Cuma buat ke 1 destinasi aja, artinya sekitar 500rb dan kalo dibagi rata 7 orang, masing-masing bayar  $s 7 . Taxi disana memakai mobil biasa yang bisa cukup 7 orang (seprti Inova). Tanpa pikir panjang kita menolaknya dan langsung mencari alternatif  bus karena harganya jauh lebih murah. Hal bodoh yang pertama kita lakukan adalah salah menunggu, dimana saat itu situasinya kita kebingungan mencari halte bus, maklum baru pertama kali kesini hehe. 
Dengan semangat dan perjuangan 45, kita menyusuri jalan keluar, akhirnya kita menemukan Bus SBS (Singapore Bus Transit), tapi bus itu gak berhenti di depan kita melainkan tetap jalan, padahal kita orang ni mau naik. Setelah dipikir-pikir ternyata kita menunggu bus gak pada tempatnya (halte) sehingga bus itu ya tetap maju. Saat kita mengejar bus di halte  itu, bus tersebut ternyata langsung maju tanpa melihat ada penumpang yang akan naik.  Kita semua pada tertawa bodoh, iya jelas kita berada di tempat yang buat nunggu bus, yang seharusnya kita menunggu tepat di tempat halte bus nya. Setelah melihat petunjuk informasi bus, ternyata bus yang arah ke Bedok itu dengan kode 225w ada setiap 10 menit sekali (sangat efisien). Patut diacungi 2 jempol tangan !  
Akhirnya setelah menunggu 10 menit, Bus SBS kunjung datang dan kita tanpa pikir panjang langsung menaiki bus tersebut. Ada yang unik dari sistem pembayaran di Bus SBS ini , jadi masyarakat Singapore telah mempunyai semacam kartu SBS yang sistemnya adalah autodebit yang diperuntukan untuk pembayaran Bus SBS. Ketika naik bus mereka hanya menempelkan kartu tersebut ke sensor yang nantinya saldo mereka akan terpotong secara otomatis. Nah untuk wisatawan diharuskan membayar secara cash  dengan memasukan uang sen (koin)  ke kotak yang sudah disediakan, nantinya tiket akan otomatis keluar. 
Ketika kita gak punya uang koin, kita semua sempat bingung untuk melakukan  cara pembayarannya gimana dan dengan memberanikan diri saya bertanya langsung ke drivernya “Can i use this for pay the ticket sir ?” Saya saat itu sambil membawa dan menunjukan uang kertas $2, terus driver berbicara kepada saya dengan menggunakan bahasa mandarin yang jelas saya gak tau artinya apa. DIsitu saya  keder  mau bayar ditolak, gak bayar takut terkena denda atau hukum. Dengan berani (lagi) saya bertanya kepada driver tersebut yang pertanyaannya sama persis, dan si driver Cuma bilang “Please sit sir !” yasudah saya duduk dan memberitahukan kepada teman-teman bahwa kita disuruh duduk aja, tapi saya masih bertanya-tanya apa maksud driver itu, apakah saya duduk terlebih dahulu, kemudian bayar, seperti naik angkot atau karena si driver ngejar waktu tanpa ngejar setoran, heran juga. 
Ketika kita semua sampai di St. Bedok dan hendak turun, saya menyempatkan bertanya lagi ke driver bus tersebut untuk membayar tarif bus dengan menyodorkan $s2 kertas, kemudian saat ku tatap wajah sang drivernya dan gesture tubuhnya seolah-olah saya disuruh turun langsung tanpa harus membayar. Oke lah kalo begitu, saya anggap dia / perusahaan nya sudah kaya, jd gak perlu kejar setoran ha ha ha.
Setelah sesampainya di St. Bedok kita langsung pergi ke stasiun LRT (Light Rapid Transit) untuk menuju daerah  Bugis Street dengan kode EW 12 (Green Line ). Sebelum naik LRT kita diwajibkan mempunyai atau membeli tiketnya.



Tiket MRT/LRT
Distasiun kita membeli tiket dengan sistem komputerisasi, artinya kita memilih dulu keretanya (MRT atau LRT), setelah itu tujuannya, dan terakhir baru pembayarannya. Setelah memasukan sejumlah uang yang telah ditentukan oleh sistem, baru akan muncul tiketnya. Ohya tiketnya berbentuk kartu nama dan berbahan kertas, tapi canggihnya tiket itu bersinkronisasi dengan sesnsor yang ada di pintu masuk/keluar. Jadi ketika kita mau melewati pintu penjaga, kita cukup menempelkan kartu tiket tersebut, dan otomatis pintu akan terbuka. Canggih wa.



Suasana Bugis Street
Kenapa kita langsung meluncur ke Bugis Street ? alasannya kita mau langsung belanja, biar gak sia-sia waktu one day trip kita di Singapore .
Setelah belanja saya cek saldo di dompet ternyata kalap juga nih belanja buat oleh-oleh menghabiskan sekitar 500rb untuk pembelian baju, tas , miniatur singapore, jam, pokoknya yang murah-meriah aja. Baju $s 10 for 3, tas $s 10 for 4.

Di Bugis Street ini susah buat nego harga, karena mereka udah menyantumkan harga tiap barangnya. Jadi kalau mau kesini anggarkan uang itu wajib, kalo gak dianggarkan bisa-bisa kalap.

Handbook
Ohya kalau mau jalan-jalan jangan lupa bawa Singapore City Map yang bisa didapatkan secara gratis, biasanya tersedia di tempat-tempat transit. Bentuknya semacam flyer/handbook. Di dalamnya banyak sekali informasi terkait kepariwisataan Singapore, dari mulai map, jadwal bus, destinasi wisata, fasilitas pendukung, hingga paket tour.
Setelah kita semua lelah belanja di Bugis, kita langsung cari tempat untuk makan siang. Semua sepakat kalau di restoran kita takutnya ada makanan yang gak halal, jadi kita prefer ke fast food saja. Gak jauh dari Bugis Street kita menemukan restoran fast food Mang Donal (beda ya bukan yang di Katapang kabupaten bandung). Disitu saya pesan  Burger dan French Fries sama minuman nya,total $s 5, dirupiahkan sekitar 50rb. Saya pikir Mang Donal nyediain nasi seperti di Indo, ternyata disana tak ade nasi, jadi ya pakai French Fries.
Habis dari daerah Bugis, selanjutnya menuju daerah Marina Bay dengan naik LRT dari Bugis (EW12) ke tempat transit Raffles Place (EW14), kemudian disambung dengan MRT (NS26) Marina Bay. Marina Bay ini tempat yang wajib dikunjungi kalo ke Singapore, udah tau kan alesannya ? yap, benar, tempat tersebut adalah Icon dari Singapore yakni patung Singa Putih yang memancurkan air, patung tersebut dinamakan Merlion. 
Setelah sampai di stasiun Marina Bay, akhirnya kita bergegas untuk keluar dari stasiun tersebut, dan apa yang terjadi, saat itu kondisinya sangat melebihi ekspetasi. Kita tidak sampai di Marina Bay mlainkan sampai di belakang gedung Sky Park (gedung yang ada perahu di atasnya) persis di belakangnya, jadi kaget juga kenapa bisa muncul di tempat yang sangat dekat dengan gedung tersebut. Mau ambil foto pun gak bagus, karena kalo difoto pasti gedungnya ga kebawa full. Contohya seperti dibawah ini :D
Realita yang tidak sesuai dengan Ekspetasi
FYI Gedung Sky Park ini mempunyai 57 lantai yang diperuntukan untuk convention, exhibition, casino, shopping, restaurant, museum, hotel. Dan yang lebih menakjubkannya lagi ada kolam infinity di bagian atasnya.

Candid nih
Singkat cerita, kita semua pada penasaran untukmenemukan tempat yang pas untuk foto-foto di daerah Marina Bay, so we decided kembali ke stasiun dan naik lagi LRT ke arah Marina Southnya, yang ternyata itu malah lebih jauh untuk menjangkau lokasi strategis Marina Baynya. Tak payah, terpaksa dengan semangat 45 kita berjalan jauh sekitar 20 menitan untuk sampai di Marina Baynya dengan membawa buah tangan atau ten-tengan yang didapatkan dari Bugis Street.

Hausss
Setibanya disana saya mengalami dehidrasi dan tanpa pikir panjang langsung saja meminum air dari semprotan Merlion nih.

Just for your Information bahwa pembuatan rancangan Master Plan untuk Marina Bay Waterfront itu didesain oleh Ridwan Kamil selaku wali kota Bandung. So proud of him !!
Sorry fotonya gak cerah, maklum saat kita disana saat hujan akan turun. FYI jangan lupa sediakan air minum yang banyak, karena disana saya beli satu botol mineral water 600ML di mini market sekitaran Marina Bay seharga $4 atau 40rb, maka dari itu saya bertiga patungan untuk beli satu botol mineral waternya. Tak payah e


Mix face between happy and tired
But Finally this is awesome place with awesome friends, tempat strategis buat foto nya, di depan ya, di depan gedung itu tuh.. :D

Ini adalah 6 teman saya yang pergi backpackeran ke Singapore pada hari senin tanggal 11 januari 2016. Dari sebelah kanan saya sendiri (pakai kacamata), butet, dewi (yang pegang tongkat narsis), ipong, banyol, vero, dan Tania. Meskipun lelah untuk lari dari kenyataan jalan, tapi kita masih bisa tersenyum. :D
Gak kerasa waktu berlalu begitu cepat , dan jam sudah menunjukan pukul 6 sore, itu artinya harus ready to go to Woodlands ! Kurang puas sih keliling negara mungil ini, maybe someday, kalau ada rezekinya, waktunya,  saya akan kesini lagi untuk explore destinasi wisata yang lebih banyak. 
Ohya Woodlands itu adalah tempat transit buat yang mau pergi ke Johor Baru, Malaysia. Kondisi saat itu saat kita hendak ke Woodlands, di stasiun MRT adalah kondisi yang benar-benar padat, pasalnya saya berbarengan dengan jam pulang kantor, dan dahsyatnya adalah kepadatan manusia-manusia yang bejubun saat itu di stasiun bawah tanah. Mungkin kalau di Indo adalah kemacetan di Jalan Raya saat jam pulang kerja.
Di Singapore ini memang patut diacungi jempol untuk kedisiplinannya dan kebersihannya, karena saat kita hendak naik/turun menggunakan eskalator, posisi kita harus di sebelah kiri bagi yang santai, dan posisi sebelah kanan untuk yang sedang terburu-buru, dan kondisi ruangan stasiun bawah tanah sangat bersih, layaknya ada di dalam mall. Untuk naik MRT ke arah Woodlands kita harus membeli tiketnya lagi, sekitar $s2 dengan rute tujuan NS9 (Woodlands) dan melewati 16 stasiun/pemberhentian. Cukup lama juga kita berada di MRT  dengan posisi bediri, dan terbilang crowded. 
Ohya ternyata ketika saya masuk ke MRT ini dan mengamati masyarakat singapore, mereka semua sudah autis gadget sekali, semua orang asyik memainkan smartphonenya, so gak ada satupun yang mengobrol dengan teman atau kerabatnnya.


Denda nih
Terus yang harus diperhatikan adalah larangan-larangan yang gak boleh dilakukan ketika berada di MRT, salah satunya adalah minum dan makan. Suatu ketika saat saya yang benar-benar merasa haus, dengan santainya saya minum air dari Tumbler yang disimpen di tas. Beberapa saat kemudian.... JRENGGGG. Saya dipanggil sama..... si Ipong sambil nunjukin tangannya ke arah keterangan larangan. Bahwa kalau minum air di kereta bisa kena denda / Fine sekitar 5 juta rupiah. At this moment saya langsung keringetan dingin dan gak enak hati, berharap gak ada cctv yang memantau atau ada orang yang laporin dan saya berdoa supaya gak bermasalah saat di pintu keluar stasiun. Akhirnya gak kerasa sampai juga di Stasiun Woodlands dan saat di pintu keluar, alhamdulillah gak ada teguran atau sanksi dari petugas. Lain kali  harus lebih hati-hati kalo mau melakukan sesuatu.


Lanjut kita jalan menuju arah terminal bus untuk naik bus arah JB Center, dan di sana kita menemukan bus dengan harga $s1.8 atau 18ribu. Saat dalam perjalanan, gak lama kemudian terjadi kemacetan yang saya pikir ini adalah hal wajar seperti Jakarta, ternyata saat kemacetan itu semua orang pada turun, kita semua heran kenapa semua orang pada turun, gak lama kemudian ibu-ibu yang membawa anak duduk di belakang saya bilang, bahwa kita harus chop/cap passport dulu. Okelah kalo begitu kita langsung turun menuju kantor imigrasi Singapore. Goodbye Singapore, Thanks for giving us the best experience.

Sehabis dari tempat tersebut, kita  melanjutkan lagi perjalanan dengan bus yang sama dan kemudian saat di perjalanan tiba-tiba terjadi kemacetan lagi, dan ceritanya sama dengan sebelumnya. Ternyata kita diwajibkan (lagi) untuk chop passport di imigrasi Malaysia. Perbatasan Singapore dan Malaysia itu dihubungkan dengan satu jembatan sungai saja. Setelah itu kita harus naik bus lagi untuk menuju JB sentral dengan tarif yang berlaku mata uang Malaysia yakni Ringgit, masing masing dari kita dikenakan tarif 2RM untuk busnya. Saat kita menunggu di stasiun arah mau ke JB, saya menyempatkan mengobrol dengan ibu-ibu asli Malaysia, ternyata dia punya tujuan yg sama. Saya dikasih informasi jalan menuju ke stasiun JB sentral, dan pada akhirnya saya juga sempat dikasi koin atau sen oleh ibu-ibu itu.. baiknya..

Sekitar 1 jam kurang kita sampai di Stasiun JB Sentral, disana kita langsung cari stasiun KTM (Keretaapi Tanah Melayu) untuk pergi ke Kuala Lumpur. Ada banyak pilihan kelas di KTM, dari mulai kelas ekonomi tempat duduk standard, ekonomi kasur tidur, eksekutif tempat duduk, dan eksekutif kasur tidur. Pada waktu itu sebelumnya si dewi hendak booking tiket yang ekonomi kasur tidur di web, tapi ketersediaannya sudah abis. 
Dari sanalah saya mempunyai bad feeling, bahwa kita semua gak bakal kebagian yang ekonomi kasur tidur. 
Saat itu  takdir berkata lain, saat saya dan si dewi menuju petugas loket KTM, katanya yang ekonomi kasur masih tersedia untuk 7 orang. Wah bahagianya saya saat itu ketika mendengar masih available for 7 person, karena sudah terbayang 8 jam perjalanan kalau kebagian tempat duduk, pegelnya hehe, mending dipakai untuk tidur di kereta agar esok harinya fresh. 
Tanpa pikir panjang kita tebus tiket itu seharga 39 RM. Akhirnya kita semua bisa tidur di kelas ekonomi kasur tidur  lantai 2. 
Sebelum tidur boleh foto doeloe kali. 

suasana di KTM (kereta malam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda :

Anugrah terindah

Sabtu, 3 Juni 2023 adalah hari di mana yang tidak pernah terlupakan, karena anugrah itu datang, putra pertama kami lahir.  Semoga menjadi an...